Home / Literatur / Minangkabau Dalam Sejarah dan Tambo

Minangkabau Dalam Sejarah dan Tambo

Asal Usul Manusia Minangkabau
Kata Minangkabau mengandung banyak pengertian. Minangkabau dipahamkan sebagai sebuah kawasan budaya, di mana penduduk dan masyarakatnya menganut budaya Minangkabau. Kawasan budaya Minangkabau mempunyai daerah yang luas. Batasan untuk kawasan budaya tidak dibatasi oleh batasan sebuah propinsi. Berarti kawasan budaya Minangkabau berbeda dengan kawasan administratif Sumatera Barat. Minangkabau dipahamkan pula sebagai sebuah nama dari sebuah suku bangsa, suku Minangkabau. Mempunyai daerah sendiri, bahasa sendiri dan penduduk sendiri.

Minangkabau dipahamkan juga sebagai sebuah nama kerajaan masa lalu, Kerajaan Minangkabau yang berpusat di Pagaruyung. Sering disebut juga kerajaan Pagaruyung, yang mempunyai masa pemerintahan yang cukup lama, dan bahkan telah mengirim utusan-utusannya sampai ke negeri Cina. Banyaknya pengertian yang dikandung kata Minangkabau, maka tidak mungkin melihat Minangkabau dari satu pemahaman saja.

Membicarakan Minangkabau secara umum mendalami sebuah suku bangsa dengan latar belakang sejarah, adat, budaya, agama, dan segala aspek kehidupan masyarakatnya. Mengingat hal seperti itu, ada dua sumber yang dapat dijadikan rujukan dalam mengkaji Minangkabau, yaitu sumber dari sejarah dan sumber dari tambo. Kedua sumber ini sama penting, walaupun di sana sini, pada keduanya ditemui kelebihan dan kekurangan, namun dapat pula saling melengkapi.

Menelusuri sejarah tentang Minangkabau, sebagai satu cabang dari ilmu pengetahuan, maka mesti didasarkan bukti-bukti yang jelas dan otentik. Dapat berupa peninggalan-peninggalan masa lalu, prasasti-prasasti, batu tagak (menhir), batu bersurat, naskah-naskah dan catatan tertulis lainnya. Dalam hal ini, ternyata bukti sejarah lokal Minangkabau termasuk sedikit.

Banyak catatan dibuat oleh pemerintahan Hindia Belanda (Nederlandsche Indie), tentang Minaangkabau atau Sumatera West Kunde, yang amat memerlukan kejelian di dalam meneliti. Hal ini disebabkan, catatan-catatan dimaksud dibuat untuk kepentingan pemerintahan Belanda, atau keperluan dagang oleh Maatschappij Koningkliyke VOC.

Tambo atau uraian mengenai asal usul orang Minangkabau dan menerakan hukum-hukum adatnya, termasuk sumber yang mulai langka di wilayah Minangkabau sekarang. Sungguhpun, penelusuran tambo sulit untuk dicarikan rujukan seperti sejarah, namun apa yang disebut dalam tambo masih dapat dibuktikan ada dan bertemu di dalam kehidupan masyarakat Minangkabau.

Tambo diyakini oleh orang Minangkabau sebagai peninggalan orang-orang tua. Bagi orang Minangkabau, tambo dianggap sebagai sejarah kaum. Walaupun, di dalam catatan dan penulisan sejarah sangat diperhatikan penanggalan atau tarikh dari sebuah peristiwa, serta di mana kejadian, bagaimana terjadinya, bila masanya, dan siapa pelakunya, menjadikan penulisan sejarah otentik. Sementara tambo tidak terlalu mengutamakan penanggalan, akan tetapi menilik kepada peristiwanya. Tambo lebih bersifat sebuah kisah, sesuatu yang pernah terjadi dan berlaku.

Tentu saja, bila kita mempelajari tambo kemudian mencoba mencari rujukannya sebagaimana sejarah, kita akan mengalami kesulitan dan bahkan dapat membingungkan. Sebagai contoh; dalam tambo Minangkabau tidak ditemukan secara jelas nama Adhytiawarman, tetapi dalam sejarah nama itu adalah nama raja Minangkabau yang pertama berdasarkan bukti-bukti prasasti.

Dalam hal ini sebaiknya sikap kita tidak memihak, artinya kita tidak menyalahkan tambo atau sejarah. Sejarah adalah sesuatu yang dipercaya berdasarkan bukti-bukti yang ada, sedangkan tambo adalah sesuatu yang diyakini berdasarkan ajaran-ajaran yang terus diturunkan kepada anak kemenakan.

Minangkabau Menurut Sejarah

Banyak ahli telah meniliti dan menulis tentang sejarah Minangkabau, dengan pendapat, analisa dan pandangan yang berbeda. Tetapi pada umumnya mereka membagi beberapa periode kesejarahan; Minangkabau zaman sebelum Masehi, zaman Minangkabau Timur dan zaman kerajaan Pagaruyung. Seperti yang ditulis MD Mansur dkk dalam Sejarah Minangkabau, bahwa zaman sejarah Minangkabau pada zaman sebelum Masehi dan pada zaman Minangkabau Timur hanya dua persen saja yang punya nilai sejarah, selebihnya adalah mitologi, cerita-cerita yang diyakini sebagai tambo.

Prof Slamet Mulyana dalam Kuntala, Swarnabhumi dan Sriwijaya mengatakan bahwa kerajaan Minangkabau itu sudah ada sejak abad pertama Masehi.
Kerajaan itu muncul silih berganti dengan nama yang berbeda-beda. Pada mulanya muncul kerjaan Kuntala dengan lokasi sekitar daerah Jambi pedalaman. Kerajaan ini hidup sampai abad ke empat. Kerajaan ini kemudian berganti dengan kerajaan Swarnabhumi pada abad ke lima sampai ke tujuh sebagai kelanjutan kerajaan sebelumnya. Setelah itu berganti dengan kerajaan Sriwijaya abad ke tujuh sampai 14.

Mengenai lokasi kerajaan ini belum terdapat kesamaan pendapat para ahli. Ada yang mengatakan sekitar Palembang sekarang, tetapi ada juga yang mengatakan antara Batang Batang Hari dan Batang Kampar. Candi Muara Takus merupakan peninggalan kerajaan Kuntala yang kemudian diperbaiki dan diperluas sampai masa kerajaan Sriwijaya. Setelah itu muncul kerajaan Malayapura (kerajaan Melayu) di daerah yang bernama Darmasyraya (daerah Sitiung dan sekitarnya sekarang). Kerajaan ini merupakan kelanjutan dari kerajaan Sriwijaya. Kerajaan ini kemudian dipindahkan oleh Adhytiawarman ke Pagaruyung. Sejak itulah kerajaan itu dikenal dengan kerajaan Pagaruyung.

Menurut Jean Drakar dari Monash University Australia mengatakan bahwa kerajaan Pagaruyung adalah kerajaan yang besar, setaraf dengan kerajaan Mataram dan kerajaan Melaka. Itu dibuktikannya dengan banyaknya negeri-negeri di Nusantara ini yang meminta raja ke Pagaruyung, seperti Deli, Siak, Negeri Sembilan dan negeri-negeri lainnya.

Minangkabau Menurut Tambo

Dalam bentuk lain, tambo menjelaskan pula tentang asal muasal orang Minangkabau. Tambo adalah satu-satunya keterangan mengenai sejarah Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau, tambo mempunyai arti penting, karena di dalamtambo terdapat dua hal; (1) Tambo alam, suatu kisah yang menerangkan asal usul orang Minangkabau semenjak raja pertama datang sampai kepada masa kejayaan kerajaan Pagaruyung. (2) Tambo adat, uraian tentang hukum-hukum adat Minangkabau. Dari sumber inilah hukum-hukum, aturan-aturan adat, dan juga berawalnya sistem matrilineal dikembangkan.

Di dalam Tambo alam diterangkan bahwa raja pertama yang datang ke Minangkabau bernama Suri Maharajo Dirajo. Anak bungsu dari Iskandar Zulkarnain. Sedangkan dua saudaranya, Sultan Maharaja Alif menjadi raja di benua Rum dan Sultan Maharajo Dipang menjadi raja di benua Cina. Secara tersirat tambo telah menempatkan kerajaan Minangkabau setaraf dengan kerajaan di benua Eropa dan Cina. Suri Maharajo Dirajo datang ke Minangkabau ini, di dalam Tambo disebut pulau paco lengkap dengan pengiring yang yang disebut; Kucing Siam, Harimau Campo, Anjiang Mualim, Kambiang Hutan.

Masing-masing nama itu kemudian dijadikan “lambang” dari setiap luhak di Minangkabau. Kucing Siam untuk lambang luhak Tanah Data, Harimau Campo untuk lambang luhak Agam dan Kambiang hutan untuk lambang luhak Limo Puluah. Suri Maharajo Dirajo mempunya seorang penasehat ahli yang bernama Cati Bilang Pandai.
Suri Maharajo Dirajo meninggalkan seorang putra bernama Sutan Maharajo Basa yang kemudian dikenal dengan Datuk Katumanggungan pendiri sistem kelarasan Koto Piliang. Puti Indo Jalito, isteri Suri Maharajo Dirajo sepeninggalnya kawin dengan Cati Bilang Pandai dan melahirkan tiga orang anak, Sutan Balun, Sutan Bakilap Alam dan Puti Jamilan. Sutan Balun kemudian dikenal dengan gelar Datuk Perpatih Nan Sabatang pendiri kelarasan Bodi Caniago.

Datuk Katumanggungan meneruskan pemerintahannya berpusat di Pariangan Padang Panjang kemudian mengalihkannya ke Bungo Sitangkai di Sungai Tarab sekarang, dan menguasai daerah sampai ke Bukit Batu Patah dan terus ke Pagaruyung.

Maka urutan kerajaan di dalam Tambo Alam Minangkabau adalah:

  1. Kerajaan Pasumayan Koto Batu
  2. Kerajaan Pariangan Padang Panjang
  3. Kerajaan Dusun Tuo yang dibangun oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang
  4. Kerajaan Bungo Sitangkai
  5. Kerajaan Bukit Batu Patah, dan terakhir
  6. Kerajaan Pagaruyung

Menurut Tambo Minangkabau, kerajaan yang satu adalah kelanjutan dari kerajaan sebelumnya. Karena itu, setelah adanya kerajaan Pagaruyung, semuanya melebur diri menjadi kawasan kerajaan Pagaruyung.

Kerajaan Dusun Tuo yang didirikan oleh Datuk Perpatih Nan Sabatang, karena terjadi perselisihan paham antara Datuk Ketumanggungan dengan Datuk Perpatih nan Sabatang, maka kerajaan itu tidak diteruskan, sehingga hanya ada satu kerajaan saja yaitu kerajaan Pagaruyung. Perbedaan paham antara kedua kakak beradik satu ibu ini yang menjadikan sistem pemerintahan dan kemasyarakatan Minangkabau dibagi atas dua kelarasan, Koto Piliang dan Bodi Caniago.

Dari uraian tambo dapat dilihat, bahwa awal dari sistem matrilineal telah dimulai sejak awal, yaitu dari “induknya” Puti Indo Jalito. Dari Puti Indo Jalito inilah yang melahirkan Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sabatang. Namun, apa yang diuraikan setiap tambo punya berbagai variasi, karena setiap nagari punya tambo.

Dr. Edward Jamaris yang membuat disertasinya tentang tambo, sangat sulit menenyukan pilihan. Untuyk keperluan itu, dia harus memilih salah satu tambo dari 64 buah tambo yang diselidikinya. Namun pada umumnya tambo menguraikan tentang asal usul orang Minangkabau sampai terbentuknya kerajaan Pagaruyung.

Asal Kata Minangkabau

Kata Minangkabau mempunyai banyak arti. Merujuk kepada penelitian kesejarahan, beberapa ilmuan telah mengemukakan pendapatnya tentang asal kata Minangkabau.

  • Purbacaraka (dalam buku Riwayat Indonesia I) Minangkabau berasal dari kata Minanga Kabawa atau Minanga Tamwan yang maksudnya adalah daerah-daerah disekitar pertemuan dua sungai; Kampar Kiri dan Kampar Kanan. Hal ini dikaitkannya dengan adanya candi Muara Takus yang didirikan abad ke 12.
  • Van der Tuuk mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Phinang Khabu yang artinya tanah asal.
  • Sutan Mhd Zain mengatakan kata Minangkabau berasal dari Binanga Kamvar maksudnya muara Batang Kampar.
  • M.Hussein Naimar mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Menon Khabu yang artinya tanah pangkal, tanah yang mulya.
  • Slamet Mulyana mengatakan kata Minangkabau berasal dari kata Minang Kabau. Artinya, daerah-daerah yang berada disekitar pinggiran sungai-sungai yang ditumbuhi batang kabau (jengkol).

Dari berbagai pendapat itu dapat disimpulkan bahwa Minangkabau itu adalah suatu wilayah yang berada di sekitar muara sungai yang didiami oleh orang Minangkabau. Namun dari Tambo, kata Minangkabau berasal dari kata Manang Kabau. Menang dalam adu kerbau antara kerbau yang dibawa oleh tentara Majapahit dari Jawa dengan kerbau orang Minang.

Wilayah Asal Minangkabau

Membicarakan tentang wilayah Minangkabau, seperti yang dijelaskan di atas, harus dilihat dalam dua pengertian yang masing-masingnya berbeda:

1. Pengertian budaya

2. Pengertian geografis

Dalam pengertian budaya, wilayah Minangkabau itu itu adalah suatu wilayah yang didukung oleh suatu masyarakat yang kompleks, yang bersatu bersamaan persamaan asal usul, adat, dan falsafah hidup.

Menurut tambo, wilayah Minangkabau disebutkan saedaran gunuang Marapi, salareh batang Bangkaweh, sajak Sikilang Aie Bangih, lalu ka gunuang Mahalintang, sampai ka Rokan Pandalian, sajak di Pintu Rayo Hilie, sampai Si Alang Balantak Basi, sajak Durian Ditakuak Rajo, lalu ka Taratak Aie Hitam, sampai ka Ombak Nan Badabua.
Mengenai batas-batas yang disebutkan di atas, berbagai penafsiran terjadi. Ada yang mengatakan bahwa batas-batas itu adalah simbol-simbol saja tetapi wilayah itu tidak ada yang jelas dan tepat, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa batas-batas itu adalah benar dan nagari-nagari yang disebutkan itu ada sampai sekarang. Dalam hal ini tentu kita tidak perlu melihat perbedaan-perbedaan pendapat tersebut, karena kedua-dua pendapat itu ada benarnya.

Dalam pengertian geografis, wilayah Minangkabau terbagi atas wilayah inti yang disebut darek dan wilayah perkembangannya yang disebut rantau dan pesisir.

Darek

Daerah dataran tinggi di antara pegunungan Bukit Barisan; di sekitar gunung Singgalan, sekitar gunung Tandikek, sekitar gunung Merapi dan sekitar gunung Sago.

Daerah darek ini dibagi dalam tiga luhak;

  • Luhak Tanah Data sebagai luhak nan tuo, buminyo nyaman, aienyo janiah ikannyo banyak,
  • Luhak Agam sebagai luhak nan tangah, buminyo anegk, aienyo karuah, ikannyo lia, dan
  • Luhak Limo Puluah Koto sebagai luhak nan bongsu, buminyo sajuak, aienyo janiah, ikannyo jinak.

 

Nagari-nagari yang termasuk ke dalam luhak Tanah Data adalah; Pagaruyung, Sungai tarab, Limo Kaum, Sungayang, Saruaso, Sumanik, Padang Gantiang, Batusangka, Batipuh 10 koto, Lintau Buo, Sumpur Kuduih, Duo puluah koto, Koto Nan Sambilan, Kubuang Tigobaleh, Koto Tujuah, Supayang, Alahan Panjang, Ranah Sungai Pagu.

Nagari-nagari yang termasuk ke dalam luhak Agam adalah; Agam tuo, Tujuah lurah salapan koto, Maninjau, Lawang, Matua, Ampek Koto, Anam Koto, Bonjol, Kumpulan, Suliki.

Nagari-nagari yang termasuk ke dalam luhak Limo Puluah Koto adalah; luhak terdiri dari Buaiyan Sungai Balantik, Sarik Jambu Ijuak, Koto Tangah, Batuhampa, Durian gadang, Limbukan, Padang Karambie, Sicincin, Aur Kuniang, Tiakar, Payobasuang, Bukik Limbuku, Batu Balang Payokumbuah, Koto Nan Gadang (dari Simalanggang sampai Taram); ranah terdiri dari Gantiang, Koto Laweh, Sungai Rimbang, Tiakar, Balai Mansiro, Taeh Simalanggang, Piobang, Sungai Baringin, Gurun, Lubuk Batingkok, Tarantang, Selo Padang Laweh (Sajak dari Simalanggang sampai tebing Tinggi, Mungkar); lareh terdiri dari Gaduik, Tebing Tinggi, Sitanang, Muaro Lakin, Halaban, Ampalu, Surau, Labuah Gurun ( dari taram taruih ka Pauh Tinggi, Luhak 50, taruih ka Kuok, Bangkinang, Salo, Aie Tirih dan Rumbio)

Rantau

Daerah pantai timur Sumatera. Ke utara luhak Agam; Pasaman, Lubuk Sikaping dan Rao. Ke selatan dan tenggara luhak Tanah Data; Solok Silayo, Muaro Paneh, Alahan Panjang, Muaro Labuah, Alam Surambi Sungai Pagu, Sawah lunto Sijunjung, sampai perbatasan Riau dan Jambi. Daerah ini disebut sebagai ikue rantau. Kemudian rantau sepanjang iliran sungai sungai besar; Rokan, Siak, Tapung, Kampar, Kuantan/Indragiri dan Batang Hari. Daerah ini disebut Minangkabau Timur yang terdiri dari;

  • Rantau XII Koto (sepanjang Batang Sangir); Nagari Cati nan Batigo (sepanjang Batang Hari sampai ke Batas Jambi), Siguntue (Sungai Dareh), Sitiuang, Koto Basa.
  • Rantau Nan Kurang Aso Duopuluah (rantau Kuantan)
  • Rantau Bandaro nan 44 (sekitar Sungai Tapuang dengan Batang Kampar)
  • Rantau Juduhan (rantau Y.D.Rajo Bungsu anak Rajo Pagaruyung; Koto Ubi, Koto Ilalang, Batu Tabaka)
  • NegeriSembilan

Pasisia (Daerah sepanjang pantai barat Sumatera)

Dari utara ke selatan; Meulaboh, Tapak Tuan, Singkil, Sibolga, Sikilang, Aia Bangih, Tiku, Pariaman, Padang, Banda Sapuluah, terdiri dari: Aia Haji, Balai Salasa, Sungai Tunu, Punggasan, Lakitan, Kambang, Ampiang Parak, Surantiah, Batang kapeh, Painan (Bungo Pasang), seterusnya Bayang Nan Tujuah, Indrapura, Kerinci, Mukomuko,Bengkulu.

Penulis : Buya H. Mas’oed Abidin

Draft : Sumbangan Pikiran untuk Kompilasi ABSSBK

http://buyamasoed.blogspot.com/2008/05/minangkabau-dan-sistim-kekerabatan.html

http://buyamasoedabidin.multiply.com/journal/item/290/Minangkabau_dan_Sistim_Kekerabatan

About minangheritage

Minangkabau Heritage adalah sebuah gerakan konservasi Warisan Budaya Minangkabau yang berangkat dari kesadaran akan perlunya portal open data dengan sumber terbuka yang bertemakan Kebudayaan Minangkabau. Proyek ini diselenggarakan secara gotong royong baik dari sisi teknis, penyuntingan naskah dan pelbagai kegiatan lainnya. Saat ini ada 3 Sub Tema besar yang sedang dikerjakan yaitu : Sejarah Minangkabau, Budaya Minangkabau, Warisan Minangkabau. Ingin berpartisipasi ? Silahkan kirim file, naskah, dokumen anda melalui menu yang tersedia atau kiri email beserta lampiranya ke [email protected]

Check Also

Peta Wilayah Pengaruh Adat dan Bahasa Minangkabau

Peta ini merupakan hasil kajian dari Sdr. Ahmad Rafi Piliang (@ajorafipiliang) yang merupakan seorang aktivis …

8 comments

  1. Jadi, intinya minang kabau ini berasal dari tanah kampar, Riau yang mempertemukan sungai kampar kiri dan kampar kanan. makasi infonya jadi jelas sekarang. salam dari ughang ocu kampar

  2. Menurut Tambo, Minangkabau berasal dari Menang Kerbau atau Menang adu kerbau. Menang dalam adu kerbau antara kerbau yang dibawa oleh tentara Majapahit dari Jawa dengan kerbau orang Minang.

    Majapahit berdiri sekitar tahun 1293 s/d 1500 M, yang sebelumnya didahului oleh Singashari berdiri sekitar tahun 1222-1292 M yang datang ke Sumatera dengan ekpedisi pamalayunya (1275-1283)

    Hal ini jelas bertentangan dengan pendapat para ahli yang menyatakan bahwa Minangkabau sudah ada bahkan Sebelum Masehi.

    Mohon penjelasannya ????

  3. Zon Sikumbang Malay

    baca sejarah tambo harimau lapan (8)( kaum melayu pendatang dari 8 daerah asal );

    melayu aceh
    melayu pariaman (daerah sungai salak pariaman),
    melayu Indopuro
    melayu muaro labuh (daerah sungai pagu )=solok selatan
    melayu siak ,kampar,semenanjung malaysia
    melayu jambi
    melayu palembang
    melayu banten- betawi

    berbeda dengan suku koto =benteng (kubu),,,……….. pili dan hyang= kata hindi atau rang budaya hindu belakang (india belakang dari kerajaan sumatera utara ) sedangkan bodhi caniago ,dan tanjung dari kerajaan barus (marga tanjung) sumatera utara berkebudayaaan budha ,dari perkawianan dua kebudayaan bangsa,,,,

    contoh ;
    kampung asli padang (minang) sebagai berikut : dengan perubahan bahasa (a- i -u – e- o),,
    kampong (kampung ) berok (beruk ) ,kampong kurao (kera ) punggai (opunggaek) di singkat ;pagang, kampong (kampung) teleng (tulang), lubok (lubuk) bagalung ( bergelombang ), gunong (gunong) talang (tulang),taluk bayua (telok bayor),

    berbeda dengan kaum pendatang yang selalu membuat kampong dengan asal mula ninik dahulunya = kampong melayu , kampong jambak (melayu campa) yang tidak menganut hukum keturunan matrialisme melainkan patrialisme mereka tidak mempunyai suku-suku pecahan ,cth lain; kampong harau (arau), kampong melayu palak lawe (mpl),melayu kampai (kampar ),melayu sungai selo (pertemuan sungai ),melayu palembaian (melayu didaerah sangat beragam (lembang) suku bangsa ;guci atau gempong(ACEh,),jambak (campa),sikumbang 8 daerah asal,tanjung pisang (riau),

  4. sejarah urang awak:
    1. Masa dari Minangkabau Asal/tua:
    Berawal pada masa (Sebelum Masehi) kejayaan Iskandar dan Aristoteles dari bangsa Makedonia, ketika bangsa kecil tersebut bisa menaklukan bangsa-besar besar di Asia.
    Merekalah yg pertama-tama menemui dan menempati daerah Barat & Tengah Sumatera yg masih kosong (bagaikan laut bebas), tak berpenghuni, dan tak bertuan.

    Tambo Minangkabau memang sgt unik dibanding sejarah etnis lain:
    a. Matriarkat sgt jarang dijadikan dasar budaya oleh etnis lain.
    b. adalah fakta bhw tidak lazim bagi etnis-etnis lain utk bisa mengklaim asal-leluhur sejauh itu.
    Jika ini hanyalah mitos, akan lebih aneh lagi kenapa bisa faktanya Minangkabau memilih sistem Matriarkat drpd sistem patriarkat.
    c. Tambo menyebutkan etnis-etnis Asia (campa, siam, dll), tetapi tetap menyatakan asal nenek-moyang dari Rum (Eropa).

    Dari pandangan asal-muasal leluhur, etnis Minangkabau memang mulanya berasal dari satu peradaban dunia yg sudah maju dgn tulis-baca atau logika, tetapi berani menjelajah dgn kapal navigasi berjarak jauh (cocok dgn sejarah bangsa Makedonia), dan terbuka (hellenisme).

    Walau penjelajahan mereka juga menyertakan orang-orang ahli beladiri dari Asia (champa, siam, dll), pengembangan wilayah oleh kaum Minangkabau tua di daerah Barat Sumatra digambarkan secara damai tanpa adanya penaklukan.

    2. Zaman dari Minangkabau Kuno/Adat:
    Bermula dari asimilasi dgn kaum Melayu k pribumi (di Timur Sumatra) dgn Minangkabau Asal.
    Sistem Matriarkat dipilih untuk membedakan Melayu pribumi (patriarkat tetapi non-kasta) dgn Minangkabau tua (sistem kasta).

    Tambo & pepatah adat sudah mulai dibentuk dari zaman ini.
    Kosakata yg dipakai sudah dipengaruhi oleh bahasa melayu kuno (Datuk), bahasa Timur Tengah (Sultan/sutan, mualim), dan bahasa Hindi (Raj, rajo,marajo).
    Akulturasi non-kasta & kasta dgn pribumi dibentuk.

    3. Periode dari Minangkabau Parihyangan/proto-Pagaruyung:
    Dimulai sejak zaman kerajaan Melayu & Sriwijaya (di Timur & Selatan Sumatra).
    Sistem Matriarkat membedakan Minangkabau dari kedua kerajaan pribumi yg bersistem patriarkat, tetapi bukan sebagai ancaman politik (karena sistem warisannya beda).

    Etnis Minangkabau lebih fokus pada ekonomi (dagang dan agraris) dan seni-pertahanan (silat).

    4. Era dari Minangkabau Pagaruyung:
    Dimulai sejak kerajaan Majapahit (Aditywarman).
    Cerita-cerita ttg kerajaan (adu kerbau) mulai dikembangkan.
    Kosakata yg dipakai sudah dipengaruhi oleh bahasa Jawa: patih & katemenggung.

  5. mari kita buka lebar-lebar tambo yang ada, kemudian simak lebih teliti. Akan ditemukan beberapa masalah atau pertanyaan untuk kita renungkan. Misalnya, pembentukan nagari pariangan, disana tersirat setelah orang berkembang biak, dicari tanah baru untuk tempat pemukiman, itulah cikalbakal nagari padang panjang. Mungkinkah waktunya hanya 10 th, 20 th, ataukah 1 abad? dalam tambo tak disebut tahunnya, dan ini tak menyalahi sejarah. dari pariangan ke dusun tuo lima kaum, apakah hanya belasan tahun saja? tentu tidak, Kemudian nama-nama yang dipakai seperti Suri Dirajo, Perpatih nan sabatang, dll, mereka bukan satu orang, Dt Katumanggungan yang berselisih faham dengan Dt.Parpatih nan sabatang, belum tentu mereka yang hidup dimasa awal Pariangan, karena sampai saat ini Gelar SAKO adat tidakpernah memakai nomor urut 1,2,3, dst. Dilihat dari kondisi Nagari yang adadalam tambo, tak mungkin menyusun dan membuat (manaruko) satu nagari bisaselesai dalam rentang waktu 10 s/d 20 tahun apalagi jika peralatan saat itu masih minim (menurut perkiraan kita saat ini). Kemudian kita lihat BATU TAGAK (MENHIR), para ilmuan mengatakan bahwa itu peninggalan kuno, dimana menhir itu dibuat dengan tehnik batu diadu dengan batu, MARI kita MINTA AHLI yang bisa membuat satu sajabatuyang dibentuk dengan membenturkan batu yang lain sehingga terbentuk suatu BATU TAGAK (MENHIR) yang INDAH. Semua itu NONSEN, hanya tehnologi mutakhir/MAJU yang bisa berbuat seperti itu. Merekaberalasan tak ditemukan logamdilokasi menhir, memang tak ada. KarenaLOGAM cepat hilang karena pengaruh OKSIDASI, jadi jangan dulu kita berfikir tambo itu mustahil, bisa jadi merteka punya tehnologi sangat maju melebihi manusia saat ini. Dibaca lagi tambo saatmereka masih diatas kapal, mahkota jatuh kelaut dan hanya bisa dibuat dengan meniru yang asli menggunanakan kaca khusus.Disini tersirat beberapa soal untuk kita, 1, diatas kapalmereka bisa buat duplikat mahkota asli dan ini butuh tehnologi, 2, untuk melihat kedasar laut tanpa berenang hanya bisa dilakukan dengan tehnologi. Intinyamerekaadalah orangyang punya tehnologi sangat maju baik SDM maupun SDA nya. Bisa jadi merekalah orang yang dicari sejarah dengan istilAH peradaban maju yang hilang TSB. mari kita RENUNGKAN

  6. Siapa dan dimana keturunan raja asli minangkabau? Dalam pituah disebut dianjuang tinggi dan diamba gadang. Bahkan saat tidurpun mereka masih dianjuang tinggi dan diamba gadang, artinya semua rumah yang ada disekelilingnya, kamar tidur kearah rumah raja, jika tak memungkinkan, maka dibuat satu kamar didepan dan diberi dinding antara ruang tengah dengan ruang tamu. Itulah CIRI KHAS RUMAH RAJA YANG ASLI. Jika aturan inidilanggar, maka pemilik atau penghuni rumah yang tak mau atau merubah bentuk dan aturan ini akan mendapat beberapa SATIE atau KAFARATatau Musibah spt Penyakit Hilang ingatan, Rumah yang takbisa dihuni atau terjadiperpecahan dlm keluarga walau dilihat dari luar akur-akur saja,dll. Pengetahuan/informasi ini tak banyak lagi yang mengetahui, karena beberapa sebab, spt; tak menyampaikan pada generasi penerus, takut termakan sumpah dsb. Mari cari informasispt inidinagari-nagari minangkabau

  7. RENAL EKA PUTRA

    Memang betul mantap,jelas,mudah di pahami bagi generasi muda sekarang ini,saya selaku generasi muda yang ingin menggali sejarah tambo adat ini megucapkan ribuan terima kasih wasalam Dari RENAL EKA PUTRA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *