Home / Sejarah Minangkabau / Sejarah Abad 04 / Kerajaan Kandis, Kerajaan Tertua di Sumatera

Kerajaan Kandis, Kerajaan Tertua di Sumatera

Nenek moyang bangsa Indonesia diduga kuat oleh para Arkeolog adalah ras Austronesia. Ras ini mendarat di Kepulauan Nusantara, dan memulai peradaban neolitik. Bukti arkeologi menunjukkan bahwa budaya neolitik dimulai sekitar 5000 tahun lalu di kepulauan Nusantara. Bersamaan dengan budaya baru ini bukti antropologi menunjukkan muncul juga manusia dengan ciri fisik Mongoloid. Populasi Mongoloid ini menyebar di kawasan Nusantara sekitar 5000 sampai 3000 tahun lalu dengan membawa bahasa Austronesia dan teknologi pertanian.

 

Di Nusantara saat ini paling tidak terdapat 50 populasi etnik Mongoloid yang mendiaminya. Budaya dan bahasa mereka tergolong dalam satu keluarga atau filum bahasa, yaitu bahasa-bahasa Austronesia yang menunjukkan mereka berasal dari satu nenek moyang. Lalu dari manakah populasi Austronesia ini berasal dan daerah manakah pertama kalinya mereka huni di Nusantara ini? Sebuah pertanyaan yang belum terjawab oleh riset sejarah selama ini. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah pengkajian dan analisis yang komprehensif tentang bukti sejarah yang ada dan menelusuri hubungan historis suatu daerah dengan daerah lainnya. Metode yang digunakan adalah mengumpulkan cerita/tombo yang ada di masyarakat dan penelusuran fakta yang mendukung tombo tersebut.

Kerajaan tertua di Pulau Jawa berdasarkan bukti arkeologis adalah kerajaan Salakanegara dibangun abad ke-2 Masehi yang terletak di Pantai Teluk Lada, Pandeglang Banten. Diduga kuat mereka berimigrasi dari Sumatra. Sedangkan Kerajaan tertua di Sumatra adalah kerajaan Melayu Jambi (Chu-po), yaitu Koying (abad 2 M), Tupo (abad ke 3 M), dan Kuntala/Kantoli (abad ke 5 M). Menurut cerita/tombo adat Lubuk Jambi yang diwarisi dari leluhur mengatakan bahwa disinilah lubuk (asal) orang Jambi, oleh karena itu daerah ini bernama Lubuk Jambi. Dalam tombo juga disebutkan di daerah ini terdapat sebuah istana kerajaan Kandis yang sudah lama hilang. Istana itu dinamakan istana Dhamna, berada di puncak bukit yang dikelilingi oleh sungai yang jernih. Penelusuran peninggalan kerajaan ini telah dilakukan selama 7 bulan (September 2008-April 2009), dan telah menemukan lokasi, artefak, dan puing-puing  yang diduga kuat sebagai peninggalan Kandis dengan ciri-ciri lokasi mirip dengan sketsa Plato (347 SM) tentang Atlantis. Namun penemuan ini perlu dilakukan penelitian arkeologis lebih lanjut.

PENDAHULUAN

Nusantara merupakan sebutan untuk negara kepulauan yang terletak di kepulauan Indonesia saat ini. Catatan bangsa Tionghoa menamakan kepulauan ini dengan Nan-hai yang berarti Kepulauan Laut Selatan. Catatan kuno bangsa India menamainya Dwipantara yang berarti Kepulauan Tanah Seberang, yang diturunkan dari kata Sanskerta dwipa (pulau) dan antara (luar, seberang) dan disebut juga dengan Swarnadwiva (pulau emas, yaitu Sumatra sekarang). Bangsa Arab menyebut daerah ini dengan Jaza’ir al-Jawi (Kepulauan Jawa).

Migrasi manusia purba masuk ke wilayah Nusantara terjadi para rentang waktu antara 100.000 sampai 160.000 tahun yang lalu sebagai bagian dari migrasi manusia purba “out of Africa“. Ras Austolomelanesia (Papua) memasuki kawasan ini ketika masih bergabung dengan daratan Asia kemudian bergerak ke timur, sisa tengkoraknya ditemukan di gua Braholo (Yogyakarata), gua Babi dan gua Niah (Kalimantan). Selanjutnya kira-kira 2000 tahun sebelum Masehi, perpindahan besar-besaran masuk ke kepulauan Nusantara (imigrasi) dilakukan oleh ras Austronesia dari Yunan dan mereka menjadi nenek moyang suku-suku di wilayah Nusantara bagian barat. Mereka datang dalam 2 gelombang kedatangan yaitu sekitar tahun 2.500 SM dan 1.500 SM (Wikipedia, 2009).

Bangsa nenek moyang ini telah memiliki peradaban yang cukup baik, mereka paham cara bertani yang lebih baik, ilmu pelayaran bahkan astronomi. Mereka juga sudah memiliki sistem tata pemerintahan sederhana serta memiliki pemimpin (raja kecil). Kedatangan imigran dari India pada abad-abad akhir Sebelum Masehi memperkenalkan kepada mereka sistem tata pemerintahan yang lebih maju (kerajaan).

Kepulauan Nusantara saat ini paling tidak ada 50 populasi etnik yang mendiaminya, dengan karakteristik budaya dan bahasa tersendiri. Sebagian besar dari populasi ini dengan cirri fisik Mongoloid, mempunyai bahasa yang tergolong dalam satu keluarga atau filum bahasa. Bahasa mereka merupakan bahasa-bahasa Austronesia yang menunjukkan mereka berasal dari satu nenek moyang. Sedangkan di Indonesia bagian timur terdapat satu populasi dengan bahasa-bahasa yang tergolong dalam berbagai bahasa Papua.

Pusat Arkeologi Nasional telah berhasil meneliti kerangka berumur 2000-3000 tahun, yaitu penelitian DNA purba dari situs Plawangan di Jawa Tengah dan Gilimanuk Bali. Penelitian itu menunjukkan bahwa manusia Indonesia yang hidup di kedua situs tersebut telah berkerabat secara genetik sejak 2000-3000 tahun lalu. Pada kenyataannya hingga sekarang populasi manusia Bali dan Jawa masih memiliki kekerabatan genetik yang erat hingga sekarang.

Hasil penelitian Alan Wilson tentang asal usul manusia di Amerika Serikat (1980-an) menunjukkan bahwa manusia modern berasal dari Afrika sekitar 150.000-200.000 tahun lampau dengan kesimpulan bahwa hanya ada satu pohon filogenetik DNA mitokondria, yaitu Afrika. Hasil penelitian ini melemahkan teori bahwa manusia modern berkembang di beberapa penjuru dunia secara terpisah (multi origin). Oleh karena itu tidak ada kaitannya manusia purba yang fosilnya ditemukan diberbagai situs di Jawa (homo erectus, homo soloensis, mojokertensis) dan di Cina (Peking Man) dengan perkembangan manusia modern (homo sapiens) di Asia Timur. Manusia purba ini yang hidup sejuta tahun yang lalu merupakan missing link dalam evolusi. Saat homo sapiens mendarat di Kepulauan Nusantara, pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan masih tergabung dengan daratan Asia sebagai sub-benua Sundaland. Sedangkan pulau Papua saat itu masih menjadi satu dengan benua Australia sebagai Sahulland.

Teori kedua yang bertentangan dengan teori imigrasi Austronesia dari Yunan dan India adalah teori Harry Truman. Teori ini mengatakan bahwa nenek moyang bangsa Austronesia berasal dari dataran Sunda-Land yang tenggelam pada zaman es (era pleistosen). Populasi ini peradabannya sudah maju, mereka bermigrasi hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban. Pendapat ini diperkuat oleh Umar Anggara Jenny, mengatakan bahwa Austronesia sebagai rumpun bahasa yang merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang. Pendapat Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini juga dibenarkan oleh Abdul Hadi WM (Samantho, 2009).

Teori awal peradaban manusia berada di dataran Paparan Sunda (Sunda-Land) juga dikemukan oleh Santos (2005). Santos menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis. Hasil analisis dari reflief bangunan dan artefak bersejarah seperti piramida di Mesir,  kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec, peninggalan peradaban Mohenjodaro dan Harrapa, serta analisis geografis (seperti luas wilayah, iklim, sumberdaya alam, gunung berapi, dan cara bertani) menunjukkan bahwa sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun Santos menyimpulkan bahwa Sunda Land merupakan pusat peradaban yang maju ribuan tahun silam yang dikenal dengan Benua Atlantis.

Dari kedua teori tentang asal usul manusia yang mendiami Nusantara ini, benua Sunda-Land merupakan benang merahnya. Pendekatan analisis filologis, antropologis dan arkeologis dari kerajaan Nusantara kuno serta analisis hubungan keterkaitan satu dengan lainnya kemungkinan besar akan menyingkap kegelapan masa lalu Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri peradaban awal Nusantara yang diduga adalah kerajaan Kandis.

Nusantara dalam Lintasan Sejarah

Kepulauan Nusantara telah melintasi sejarah berabad-abad lamanya. Sejarah Nusantara ini dapat dikelompokkan menjadi lima fase, yaitu zaman pra sejarah, zaman Hindu/Budha, zaman Islam, zaman Kolonial, dan zaman kemerdekaan. Kalau dirunut perjalanan sejarah tersebut zaman kemerdekaan, kolonial, dan zaman Islam mempunyai bukti sejarah yang jelas dan tidak perlu diperdebatkan. Zaman Hindu/Budha juga telah ditemukan bukti sejarah walaupun tidak sejelas zaman setelahnya. Zaman sebelum Hindu/Budha masih dalam teka-teki besar, maka dalam menjawab ketidakjelasan ini dapat dilakukan dengan analisa keterkaitan antar kerajaan. Urutan tahun berdiri kerajaan di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Kerajaan di Indonesia berdasarkan tahun berdirinya

No Nama Kerajaan Lokasi Situs PerkiraanTahun Berdiri
1.

Kerajaan Kandis*

Lubuk Jambi, Riau

Sebelum Masehi
2.

Kerajaan Melayu Jambi

Jambi

Abad ke-2 M
3.

Kerajaan Salakanegara

Pandeglang, Banten

150 M
4.

Kepaksian Skala Brak Kuno

Gunung Pesagi, Lampung

Abad ke-3 M
5.

Kerajaan Kutai

Muara Kaman, Kaltim

Abad ke-4 M
6.

Kerajaan Tarumanegara

Banten

Abad ke-4 M
7.

Kerajaan Koto Alang

Lubuk Jambi, Riau

Abad ke-4 M
8.

Kerajaan Barus

Barus, Sumatra Utara

Abad ke-6 M
9.

Kerajaan Kalingga

Jepara, Jawa Tengah

Abad ke-6 M
10.

Kerajaan Kanjuruhan

Malang, Jawa Timur

Abad ke-6 M
11.

Kerajaan Sunda

Banten-Jawa Barat

669 M
12.

Kerajaan Sriwijaya

Palembang, Sumsel

Abad ke-7 M
13.

Kerajaan Sabak

Muara Btg. Hari, Jambi

730 M
14.

Kerajaan Sunda Galuh

Banten-Jawa Barat

735 M
15.

Kerajaan Tulang Bawang

Lampung

771 M
16.

Kerajaan Medang

Jawa Tengah

820 M
17.

Kerajaan Perlak

Peureulak, Aceh Timur

840 M
18.

Kerajaan Bedahulu

Bali

882 M
19.

Kerajaan Pajajaran

Bogor, Jawa Barat

923 M
20.

Kerajaan Kahuripan

Jawa Timur

1009 M
21.

Kerajaan Janggala

Sidoarjo, Jawa Timur

1042 M
22.

Kerajaan Kadiri/Panjalu

Kediri, Jawa Timur

1042 M
23.

Kerajaan Tidung

Tarakan, Kalimantan Timur

1076 M
24.

Kerajaan Singasari

Jawa Timur

1222 M
25.

Kesultanan Ternate

Ternate, Maluku

1257 M
26.

Kesultanan Samudra Pasai

Aceh Utara

1267 M
27.

Kerajaan Aru/Haru

Pantai Timur, Sumatra Utara

1282 M
28.

Kerajaan Majapahit

Jawa Timur

1293 M
29.

Kerajaan Indragiri

Indragiri, Riau

1298 M
30.

Kerajaan Panjalu Ciamis

Gunung Sawal, Jawa Barat

Abad ke-13 M
31.

Kesultanan Kutai

Kutai, Kalimantan Timur

Abad ke-13 M
32.

Kerajaan Dharmasraya

Jambi

1341 M
33.

Kerajaan Pagaruyung

Batu Sangkar, Sumbar

1347 M
34.

Kesultanan Aceh

Banda Aceh

1360 M
35.

Kesultanan Pajang

Jawa Tengah

1365 M
36.

Kesultanan Bone

Bone, Sulawesi Selatan

1392 M
37.

Kesultanan Buton

Buton

Abad ke-13 M
38.

Kesultanan Malaka

Malaka

1402 M
39.

Kerajaan Tanjung Pura

Kalimantan Barat

1425 M
40.

Kesultanan Berau

Berau

1432 M
41.

Kerajaan Wajo

Wajo, Sulawesi Selatan

1450 M
42.

Kerajaan Tanah Hitu

Ambon, Maluku

1470 M
43.

Kesultanan Demak

Demak, Jawa Tengah

1478 M
44.

Kerajaan Inderapura

Pesisir Selatan, Sumbar

1500-an M
45.

Kesultanan Pasir/Sadurangas

Pasir, Kalimantan Selatan

1516 M
46.

Kerajaan Blambangan

Banyuwangi, Jawa Timur

1520-an M
47.

Kesultanan Tidore

Tidore, Maluku Utara

1521 M
48.

Kerajaan Sumedang Larang

Jawa Barat

1521 M
49.

Kesultanan Bacan

Bacan, Maluku

1521 M
50.

Kesultanan Banten

Banten

1524 M
51.

Kesultanan Banjar

Kalimantan Selatan

1526 M
52.

Kesultanan Cirebon

Jawa Barat

1527 M
53.

Kesultan Sambas

Sambas, Kalimantan Barat

1590-an M
54.

Kesultanan Asahan

Asahan

1630 M
55.

Kesultanan Bima

Bima

1640 M
56.

Kerajaan Adonara

Nusa Tenggara Timur

1650 M
57.

Kesultanan Gowa

Gowa, Makassar

1666 M
58.

Kesultanan Deli

Deli, Sumatra Utara

1669 M
59.

Kesultanan Palembang

Palembang

1675 M
60.

Kerajaan Kota Waringin

Kalimantan Tengah

1679 M
61.

Kesultanan Serdang

Serdang, Sumatra Utara

1723 M
62.

Kesultanan Siak Sri Indrapura

Siak, Riau

1723 M
63.

Kasunanan Surakarta

Solo, Jawa Tengah

1745 M
64.

Kasultanan Ngayogyokarto Hadiningrat

Yogyakarta

1755 M
65.

Praja Mangkunegaran

Jawa Tengah-Yogyakarta

1757 M
66.

Kesultanan Pontianak

Kalimantan Barat

1771 M
67.

Kerajaan Pagatan

Tanah Bumbu, Kalsel

1775 M
68.

Kesultanan Pelalawan

Pelalawan, Riau

1811 M
69.

Kadipaten Pakualaman

Yogyakarta

1813 M
70.

Kesultanan Sambaliung

Gunung Tabur

1810 M
71.

Kesultanan Gunung Tabur

Gunung Tabur

1820 M
72.

Kesultanan Riau Lingga

Lingga, Riau

1824 M
73.

Kesultanan Trumon

Sumatra Utara

1831 M
74.

Kerajaan Amanatum

NTT

1832 M
75.

Kesultanan Langkat

Sumatra Utara

1877 M
76.

Republik Indonesia

Kepulauan Nusantara

17-8-1945

Sumber: http://www.wikipedia.com (dengan olahan), *Tahun berdiri berdasarkan tombo adat

Dalam catatan sejarah terdapat informasi yang terputus antara zaman pra sejarah dengan zaman Hindu/Budha. Namun dari Tabel 1 diatas dapat diperoleh gambaran bahwa peradaban Nusantara kuno bermula di Sumatra bagian tengah dan ujung barat pulau Jawa. Dari abad ke-1 sampai abad ke-4 daerah yang dihuni meliputi Jambi (kerajaan Melayu Tua), Lampung (Kepaksian Skala Brak Kuno), dan Banten (kerajaan Salakanegara). Untuk mengetahui peradaban awal Nusantara kemungkinan besar dapat diketahui melalui analisa keterkaitan tiga kerajaan tersebut.

Kerajaan Melayu Tua di Jambi

Di daerah Jambi terdapat tiga kerajaan Melayu tua yaitu, Koying, Tupo, dan Kantoli. Kerajaan Koying terdapat dalam catatan Cina yang dibuat oleh K’ang-tai dan Wan-chen dari wangsa Wu (222-208) tentang adanya negeri Koying. Tentang negeri ini juga dimuat dalam ensiklopedi T’ung-tien yang ditulis oleh Tu-yu (375-812) dan disalin oleh Ma-tu-an-lin dalam ensiklopedi Wen-hsien-t’ung-k’ao. Diterangkan bahwa di kerajaan Koying terdapat gunung api dan kedudukannya 5.000 li di timur Chu-po (Jambi). Di utara Koying ada gunung api dan di sebelah selatannya ada sebuah teluk bernama Wen. Dalam teluk itu ada pulau bernama P’u-lei atau Pulau. Penduduk yang mendiami pulau itu semuanya telanjang bulat, lelaki maupun perempuan, dengan kulit berwarna hitam kelam, giginya putih-putih dan matanya merah. Melihat warna kulitnya kemungkinan besar penduduk P’u-lei itu bukan termasuk rumpun Proto-Negrito atau Melayu Tua yang sebelumnya menghuni daratan Sumatera (Wikipedia, 2009).

Menurut data Cina Koying telah melakukan perdagangan dalam abad ke 3 M juga di Pasemah wilayah Sumatra Selatan dan Ranau wilayah Lampung telah ditemukan petunjuk adanya aktivitas perdagangan yang dilakukan oleh Tonkin atau Tongkin dan Vietnam atau Fu-nan dalam abad itu juga. Malahan keramik hasil zaman dinasti Han (abad ke 2 SM sampai abad ke 2 M) di temukan di wilayah Sumatera tertentu.

Adanya kemungkinan penyebaran berbagai negeri di Sumatera Tengah hingga Palembang di Selatan dan Sungai Tungkal di utara digambarkan oleh Obdeyn (1942), namun dalam gambar itu kedudukan negeri Koying tidak ada. Jika benar Koying berada di sebelah timur Tupo atau Thu-po, Tchu-po, Chu-po dan kedudukannya di muara pertemuan dua sungai, maka ada dua tempat yang demikian yakni Muara Sabak Zabaq, Djaba, Djawa, Jawa dan Muara Tembesi atau Fo-ts’I, San-fo-tsi’, Che-li-fo-che sebelum seroang sampai di Jambi Tchan-pie, Sanfin, Melayur, Moloyu, Malalyu. Dengan demikian seolah-olah perpindahan Kerajaan Malayu Kuno pra-Sriwijaya bergeser dari arah barat ke timur mengikuti pendangkalan Teluk Wen yang disebabkan oleh sedimen terbawa oleh sungai terutama Batang Tembesi. Hubungan dagang secara langsung terjadi dalam perdagangan dengan negeri-negeri di luar di sekitar Teluk Wen dan Selat Malaka maka besar kemungkinan negeri Koying berada di sekitar Alam Kerinci.

Keberadaan Koying yang pernah dikenal di manca negara sampai abad ke 5 M sudah tidak kedengaran lagi. Diperkirakan setelah Koying melepaskan kekuasaanya atas kerajaan Kuntala, kejayaan pemerintahan Koying secara perlahan-lahan menghilang. Koying yang selama ini tersohor sebagai salah satu negara nusantara pemasok komoditi perdagangan manca negara sudah tidak disebut-sebut lagi. Keadaan seperti ini sebenarnya tidak dialami Koying saja, karena kerajaan lain pun yang pernah jaya semasa itu banyak pula yang mengalami nasib yang sama.

Namun yang jelas, di wilayah Alam Kerinci sebelum atau sekitar permulaan abad masehi telah terdapat sebuah pemerintahan berdaulat yang diakui keberadaanya oleh negeri Cina yang disebut dengan negeri Koying atau kerajaan Koying.

Kerajaan Kepaksian Sekala Brak

Sekala Brak adalah sebuah kerajaandi kaki Gunung Pesagi (gunung tertinggi di Lampung) yang menjadi cikal-bakal suku bangsa/etnis Lampung saat ini. Asal usul bangsa Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah bangsa Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sehingga meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten.

Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak di antara pulau Jawa dan Kamboja. Hal ini membuktikan bahwa pada abad ke 3 telah berdiri Kerajaan Sekala Brak Kuno yang belum diketahui secara pasti kapan mulai berdirinya. Kerajaan Sekala Brak menjalin kerjasama perdagangan antar pulau dengan Kerajaan Kerajaan lain di Nusantara dan bahkan dengan India dan Negeri Cina.

Kerajaan Salakanegara

Kerajaan Salakanagara (Salaka=Perak) atau Rajatapura termasuk kerajaan Hindu. Ceritanya atau sumbernya tercantum pada Naskah Wangsakerta. Kerajaan ini dibangun tahun 130 Masehi yang terletak di pantai Teluk Lada (wilayah Kabupaten Pandeglang, Banten). Raja pertamanya yaitu Dewawarman yang memiliki gelar Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Rakja Gapura Sagara yang memerintah sampai tahun 168 M.

Dalam Babad suku Sunda, Kota Perak ini sebelumnya diperintah oleh tokoh Aki Tirem Sang Aki Luhur Mulya atau Aki Tirem, waktu itu kota ini namanya Pulasari. Aki Tirem menikahkan putrinya yang bernama Pohaci Larasati dengan Dewawarman. Dewawarman ini sebenarnya Pangeran yang asalnya dari negri Palawa di India Selatan. Daerah kekuasaan kerajaan ini meliputi semua pesisir selat Sunda yaitu pesisir Pandeglang, Banten ke arah timur sampai Agrabintapura (Gunung Padang, Cianjur), juga sampai selat Sunda hingga Krakatau atau Apuynusa (Nusa api) dan sampai pesisir selatan Swarnabumi (pulau Sumatra). Ada juga dugaan bahwa kota Argyre yang ditemukannya Claudius Ptolemalus tahun 150 M itu kota Perak atau Salaknagara ini. Dalam berita Cina dari dinasti Han, ada catatan dari raja Tiao-Pien (Tiao=Dewa, Pien=Warman) dari kerajaan Yehtiao atau Jawa, mengirim utusan/duta ke Cina tahun 132 M.

Mitologi Minangkabau

Orang Minangkabau mengakui bahwa mereka merupakan keturunan Raja Iskandar Zulqarnaen (Alexandre the Great) Raja Macedonia yang hidup 354-323 SM. Dia seorang raja yang sangat besar dalam sejarah dunia. Sejarahnya merupakan sejarah yang penuh dengan penaklukan daerah timur dan barat yang tiada taranya. Dia berkeinginan untuk menggabungkan kebudayaan barat dengan kebudayaan timur.

Dalam Tambo disebutkan bahwa Iskandar Zulkarnain mempunyai tiga anak, yaitu Maharajo Alif, Maharajo Dipang, dan Maharajo Dirajo. Maharajo Alif menjadi raja di Benua Ruhun (Romawi), Maharajo Dipang menjadi raja di negeri Cina, sedangkan Maharajo Dirajo menjadi raja di Pulau Emas (Sumatera).

Kalau kita melihat kalimat-kalimat tambo sendiri, maka dikatakan sebagai berikut: “…Tatkala maso dahulu, batigo rajo naiek nobat, nan surang Maharajo Alif, nan pai ka banda Ruhum, nan surang Maharajo Dipang nan pai ka Nagari Cino, nan surang Maharajo Dirajo manapek ka pulau ameh nan ko…” (pada masa dahulu kala, ada tiga orang yang naik tahta kerajaan, seorang bernama Maharaja Alif yang pergi ke negeri Ruhum (Eropa), yang seorang Maharajo Dipang yang pergi ke negeri Cina, dan seorang lagi bernama Maharajo Dirajo yang menepat ke pulau Sumatera).

Dalam versi lain diceritakan, seorang penguasa di negeri Ruhum (Rum) mempunyai seorang putri yang sangat cantik. Iskandar Zulkarnain menikah dengan putri tersebut. Dengan putri itu Iskandar mendapat tiga orang putra, yaitu Maharaja Alif, Maharaja Depang, dan Maharaja Diraja. Setelah ketiganya dewasa Iskandar berwasiat kepada ketiga putranya sambil menunjuk-nunjuk seakan-akan memberitahukan ke arah itulah mereka nanti harus berangkat melanjutkan kekuasaannya. Kepada Maharaja Alif ditunjuk kearah Ruhum, Maharaja Depang negeri Cina, Maharaja Diraja ke Pulau Emas (Nusantara).

Setelah Raja Iskandar wafat, ketiga putranya berangkat menuju daerah yang ditunjukkan oleh ayahnya. Maharaja Diraja membawa mahkota yang bernama “mahkota senggahana”, Maharaja Depang membawa senjata bernama “jurpa tujuh menggang”, Maharaja Alif membawa senjata bernama “keris sempana ganjah iris” dan lela yang tiga pucuk. Sepucuk jatuh ke bumi dan sepucuk kembali ke asalnya jadi mustika dan geliga dan sebuah pedang yang bernama sabilullah.

Berlayarlah bahtera yang membawa ketiga orang putra itu ke arah timur, menuju pulau Langkapuri. Setibanya di dekat pulau Sailan ketiga saudara itu berpisah, Maharaja Depang terus ke Negeri Cina, Maharaja Alif kembali ke negeri Ruhum, dan Maharaja Diraja melanjutkan pelayaran ke tenggara menuju sebuah pulau yang bernama Jawa Alkibri atau disebut juga dengan Pulau Emas (Andalas atau Sumatra sekarang). Setelah lama berlayar kelihatanlah puncak gunung merapi sebesar telur itik, maka ditujukan bahtera kesana dan berlabuh didekat puncak gunung itu. Seiring menyusutnya air laut mereka berkembang di sana.

Dari keterangan Tambo itu tidak ada dikatakan angka tahunnya hanya dengan istilah “Masa dahulu kala” itulah yang memberikan petunjuk kepada kita bahwa kejadian itu sudah berlangsung sangat lama sekali, sedangkan waktu yang mencakup zaman dahulu kala itu sangat banyak sekali dan tidak ada kepastiannya. Kita hanya akan bertanya-tanya atau menduga-duga dengan tidak akan mendapat jawaban yang pasti. Di kerajaan Romawi atau Cina memang ada sejarah raja-raja yang besar, tetapi raja mana yang dimaksudkan oleh Tambo tidak kita ketahui. Dalam hal ini rupanya Tambo Alam Minangkabau tidak mementingkan angka tahun selain dari mementingkan kebesaran kemasyuran nama-nama rajanya.

Mitologi Lubuk Jambi

Pulau Perca adalah salah satu sebutan dari nama Pulau Sumatera sekarang. Pulau ini telah berganti-ganti nama sesuai dengan perkembangan zaman. Diperkirakan pulau ini dahulunya merupakan satu benua yang terhampar luas di bagian selatan belahan bumi. Karena perubahan pergerakan kulit bumi, maka ada benua-benua yang tenggelam ke dasar lautan dan timbul pulau-pulau yang berserakan. Pulau Perca ini timbul terputus-putus berjejer dari utara ke selatan yang dibatasi oleh laut. Pada waktu itu Pulau Sumatera bagaikan guntingan kain sehingga pulau ini diberi nama Pulau Perca. Pulau Sumatera telah melintasi sejarah berabad-abad lamanya dengan beberapa kali pergantian nama yaitu: Pulau Perca, Pulau Emas (Swarnabumi), Pulau Andalas dan terakhir Pulau Sumatra.

Pulau Perca terletak berdampingan dengan Semenanjung Malaka yang dibatasi oleh Selat Malaka dibagian Timur dan Samudra Hindia sebelah barat sebagai pembatas dengan Benua Afrika. Pulau Perca berdekatan dengan Semenanjung Malaka, maka daerah yang dihuni manusia pertama kalinya berada di Pantai Timur Pulau Perca karena lebih mudah dijangkau dari pada Pantai bagian barat. Pulau Perca yang timbul merupakan Bukit Barisan yang berjejer dari utara ke selatan, dan yang paling dekat dengan Semenanjung Malaka adalah Bukit Barisan yang berada di Kabupaten Kuantan Singingi sekarang, tepatnya adalah Bukit Bakau yang bertalian dengan Bukit Betabuh dan Bukit Selasih (sekarang berada dalam wilayah Kenagorian Koto Lubuk Jambi Gajah Tunggal, Kecamatan Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Propinsi Riau), sedangkan daratan yang rendah masih berada di bawah permukaan laut.

Nenek moyang Lubuk Jambi diyakini berasal dari keturunan waliyullah Raja Iskandar Zulkarnain. Tiga orang putra Iskandar Zulkarnain yang bernama Maharaja Alif, Maharaja Depang dan Maharaja Diraja berpencar mencari daerah baru. Maharaja Alif ke Banda Ruhum, Maharaja Depang ke Bandar Cina dan Maharaja Diraja ke Pulau Emas (Sumatra). Ketika berlabuh di Pulau Emas, Maharaja Diraja dan rombongannya mendirikan sebuah kerajaan yang dinamakan dengan Kerajaan Kandis yang berlokasi di Bukit Bakar/Bukit Bakau. Daerah ini merupakan daerah yang hijau dan subur yang dikelilingi oleh sungai yang jernih.

Maharaja Diraja sesampainya di Bukit Bakau membangun sebuah istana yang megah yang dinamakan dengan Istana Dhamna. Putra Maharaja Diraja bernama Darmaswara dengan gelar Mangkuto Maharaja Diraja (Putra Mahkota Maharaja Diraja) dan gelar lainnya adalah Datuk Rajo Tunggal (lebih akrab dipanggil). Datuk Rajo Tunggal memiliki senjata kebesaran yaitu keris berhulu kepala burung garuda yang sampai saat ini masih dipegang oleh Danial gelar Datuk Mangkuto Maharajo Dirajo. Datuk Rajo Tunggal menikah dengan putri yang cantik jelita yang bernama Bunda Pertiwi. Bunda Pertiwi bersaudara dengan Bunda Darah Putih. Bunda Darah Putih yang tua dan Bunda Pertiwi yang bungsu. Setelah Maharaja Diraja wafat, Datuk Rajo tunggal menjadi raja di kerajaan Kandis. Bunda Darah Putih dipersunting oleh Datuk Bandaro Hitam. Lambang kerajaan Kandis adalah sepasang bunga raya berwarna merah dan putih.

Kehidupan ekonomi kerajaan Kandis ini adalah dari hasil hutan seperti damar, rotan, dan sarang burung layang-layang, dan dari hasil bumi seperti emas dan perak. Daerah kerajaan Kandis kaya akan emas, sehingga Rajo Tunggal memerintahkan untuk membuat tambang emas di kaki Bukit Bakar yang dikenal dengan tambang titah, artinya tambang emas yang dibuat berdasarkan titah raja. Sampai saat ini bekas peninggalan tambang ini masih dinamakan dengan tambang titah.

Hasil hutan dan hasil bumi Kandis diperdagangkan ke Semenanjung Melayu oleh Mentri Perdagangan Dt. Bandaro Hitam dengan memakai ojung atau kapal kayu. Dari Malaka ke Kandis membawa barang-barang kebutuhan kerajaan dan masyarakat. Demikianlah hubungan perdagangan antara Kandis dan Malaka sampai Kandis mencapai puncak kejayaannya. Mentri perdagangan Kerajaan Kandis yang bolak-balik ke Semenanjung Malaka membawa barang dagangan dan menikah dengan orang Malaka. Sebagai orang pertama yang menjalin hubungan perdagangan dengan Malaka dan meninggalkan cerita Kerajaan Kandis dengan Istana Dhamna kepada anak istrinya di Semenanjung Melayu.

Dt. Rajo Tunggal memerintah dengan adil dan bijaksana. Pada puncak kejayaannya terjadilah perebutan kekuasaan oleh bawahan Raja yang ingin berkuasa sehingga terjadi fitnah dan hasutan. Orang-orang yang merasa mampu dan berpengaruh berangsur-angsur pindah dari Bukit Bakar ke tempat lain di antaranya ke Bukit Selasih dan akhirnya  berdirilah kerajaan Kancil Putih di Bukit Selasih tersebut.

Air laut semakin surut sehingga daerah Kuantan makin banyak yang timbul. Kemudian berdiri pula kerajaan Koto Alang di Botung (Desa Sangau sekarang) dengan Raja Aur Kuning sebagai Rajanya. Penyebaran penduduk Kandis ini ke berbagai tempat yang telah timbul dari permukaan laut, sehingga berdiri juga Kerajaan Puti Pinang Masak/Pinang Merah di daerah Pantai (Lubuk Ramo sekarang). Kemudian juga berdiri Kerajaan Dang Tuanku di Singingi dan kerajaan Imbang Jayo di Koto Baru (Singingi Hilir sekarang).

Dengan berdirinya kerajaan-kerajaan baru, maka mulailah terjadi perebutan wilayah kekuasaan yang akhirnya timbul peperangan antar kerajaan. Kerajaan Koto Alang memerangi kerajaan Kancil Putih, setelah itu kerajaan Kandis memerangi kerajaan Koto Alang dan dikalahkan oleh Kandis. Kerajaan Koto Alang tidak mau diperintah oleh Kandis, sehingga Raja Aur Kuning pindah ke daerah Jambi, sedangkan Patih dan Temenggung pindah ke Merapi.

Kepindahan Raja Aur Kuning ke daerah Jambi menyebabkan Sungai yang mengalir di samping kerajaan Koto Alang diberi nama Sungai Salo, artinya Raja Bukak Selo (buka sila) karena kalah dalam peperangan. Sedangkan Patih dan Temenggung lari ke Gunung Merapi (Sumatra Barat) di mana keduanya mengukir sejarah Sumatra Barat, dengan berganti nama Patih menjadi Dt. Perpatih nan Sabatang dan Temenggung berganti nama menjadi Dt. Ketemenggungan.

Tidak lama kemudian, pembesar-pembesar kerajaan Kandis mati terbunuh diserang oleh Raja Sintong dari Cina belakang, dengan ekspedisinya dikenal dengan ekspedisi Sintong. Tempat berlabuhnya kapal Raja Sintong, dinamakan dengan Sintonga. Setelah mengalahkan Kandis, Raja Sintong beserta prajuritnya melanjutkan perjalanan ke Jambi. Setelah kalah perang pemuka kerajaan Kandis berkumpul di Bukit Bakar, kecemasan akan serangan musuh, maka mereka sepakat untuk menyembunyikan Istana Dhamna dengan melakukan sumpah. Sejak itulah Istana Dhamna hilang, dan mereka memindahkan pusat kerajaan Kandis ke Dusun Tuo (Teluk Kuantan sekarang).

Metodologi Penelitian

Penelitian ini dikelompkkan menjadi dua, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Penelitian pendahuluan terdiri dari mengumpulkan cerita/tombo/mitologi di daerah Lubuk Jambi dengan melakukan wawancara dengan pemangku adat setempat. Kemudian melakukan analisis topografi untuk mencari titik lokasi yang diduga kuat sebagai lokasi kerajaan. Tahap berikutnya adalah melakukan ekspedisi/pencarian lokasi. Penelitian lanjutan adalah penelitian arkeologis untuk membuktikan kebenaran cerita/tombo. Data yang didapatkan di lokasi dianalisis dan dicari keterkaitannya dengan bukti sejarah dan cerita di daerah sekitarnya (Jambi dan Minangkabau). Penelitian pendahuluan mulai dilaksanakan pada bulan September 2008 sampai April 2009, sementara penelitian lanjutan belum dilaksanakan karena keterbatasan sumberdaya.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Deskripsi Lokasi Kerajaan Kandis

Analisis topografi yang dilakukan pada peta satelit yang diambil dari google earth, ditemukan lokasi yang dicirikan di dalam tombo/cerita (bukit yang dikelilingi oleh sungai). Daerah tersebut berada pada titik 0042’58 LS dan 101020’14 BT (Gambar 1) atau berada hampir di titik tengah pulau Sumatra (perbatasan Sumatra Barat dan Riau). Lokasinya berada di tengah hutan adat Lubuk Jambi, oleh pemerintah dijadikan sebagai kawasan hutan lindung yang dinamakan dengan hutan lindung Bukit Betabuh. Jarak lokasi dari jalan lintas tengah Sumatra lebih kurang 10 km ke arah barat, dengan topografi perbukitan.

Lokasi kandis atlantis

Gambar 1 Hipotesa Lokasi Istana Dhamna

Pencarian lokasi/ekspedisi dilakukan dengan peralatan navigasi darat sederhana, yaitu menggunakan peta, kompas, dan teropong binokuler. Pada lokasi yang dituju, ditemukan hal-hal yang mencirikan bukit tersebut sebagai peninggalan peradaban manusia. Lebih kurang 2 km sebelum Bukit  Bakar ditemukan batu karst/karang laut yang berjejer, batu ini diduga sebagai pagar lingkar luar kerajaan (Gambar 2)

1

Gambar 2 Batu Karst yang diduga sebagai pagar lingkar luar kerajaan

Pada bukit yang dikelilingi oleh sungai yang sangat jernih, pada bagian puncaknya ditemukan batu karst yang memenuhi puncak bukit (Gambar 3). Batu karst itu pada lereng bagian timur dan utara tersingkap, sedangkan lereng selatan dan barat tertimbun. Lereng tenggara ditemukan seperti tiang batu yang diduga bekas menara istana (Gambar 4).

2

Gambar 3 Batu Karst yang memenuhi puncak bukit

Gambar 4 Tiang batu yang diduga bekas menara istana

Pada lereng timur bukit sebelah atas kira-kira 1200 m dari sungai ditemukan mulut goa yang diduga pintu istana, akan tetapi pintu ini pada bagian dalam sudah tertutup oleh reruntuhan batu. Pintu goa ini tingginya 5 meter dengan ruangan di dalamnya sejauh 3 meter, dan dalam goa tersebut terlihat seperti ada ruangan besar di dalamnya namun sudah tertutup (Gambar 5).5

Gambar 5 Mulut goa yang diduga pintu masuk istana

Pada lereng bukit bagian selatan sampai ke barat ditemukan teras sebanyak tiga tingkat, diduga bekas cincin air (Gambar 6), sementara lereng utara sampai timur sangat curam dan terlihat seperti terjadi erosi yang parah. Teras ini lebarnya rata-rata 4 m, jarak antara sungai dengan teras pertama kira-kira 200 m, teras pertama dengan teras kedua kira-kira 400 m, teras kedua dengan teras ketiga kira-kira 500 m dan panjang lereng diperkirakan 1500 m. Berdasarkan analisa di peta bukit ini dari timur ke barat berdiameter 3000 m, dan dari utara ke selatan berdiameter 3000 m, beda elevasi antara sungai dengan puncak bukit 245 m. Pada lereng barat daya, kira-kira pada ketinggian lereng 800 m ditemukan mata air yang mengalir deras. Ukuran ini berdasarkan perkiraan di lapangan dan  pengukuran di peta satelit. Untuk mendapatkan ukuran sebenarnya perlu pengukuran dilapangan.

Gambar 6  Teras yang diduga bekas cincin air

Gambar 7 Sketsa Lokasi situs kerajaan KandisTitik Lokasi Kandis

Melihat ciri-ciri atau karakter lokasi, lokasi ini sangat mirip dengan sketsa kerajaan Atlantis yang ditulis dalam mitologi Yunani “Timeus dan Critias” karya Plato (360 SM). Mitologi ini menyebutkan “Poseidon mengukir gunung tempat kekasihnya tinggal menjadi istana dan menutupnya dengan tiga parit bundar yang lebarnya meningkat, bervariasi dari satu sampai tiga stadia dan terpisah oleh cincin tanah yang besarnya sebanding”. Bangsa Atlantis lalu membangun jembatan ke arah utara dari pegunungan, membuat rute menuju sisa pulau. Mereka menggali kanal besar ke laut, dan di samping jembatan, dibuat gua menuju cincin batu sehingga kapal dapat lewat dan masuk ke kota di sekitar pegunungan; mereka membuat dermaga dari tembok batu parit. Setiap jalan masuk ke kota dijaga oleh gerbang dan menara, dan tembok mengelilingi setiap cincin kota. Tembok didirikan dari bebatuan merah, putih dan hitam yang berasal dari parit, dan dilapisi oleh kuningan, timah dan orichalcum (perunggu atau kuningan). Ada kemiripan mitologi ini dengan mitologi yang ada di Lubuk Jambi.

Gambar 8 Perspektif Istana Dhamna menggunakan Sketsa Kerajaan AtlantisPerspektif

Ini hanya sebuah dugaan yang belum dibuktikan secara ilmiah, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Survei arkeologi yang dilakukan ke lokasi belum bisa menyimpulkan lokasi ini sebagai peninggalan kerajaan karena belum cukup barang bukti untuk menyimpulkan seperti itu. Namun sudah dapat dipastikan bahwa daerah tersebut pernah dihuni atau disinggahi manusia dulunya.

Analisa Mitologi Minangkabau vs Mitologi Lubuk Jambi

Terlepas dari benar tidaknya sebuah mitologi, kesamaan cerita dalam mitos tersebut akan mengantarkan pada suatu titik terang. Tambo Minangkabau begitu indah didengar ketika pesta nikah kawin dalam bentuk pepatah adat menunjukkan kegemilangan masa lalu. Tambo Minangkabau dan Tombo Lubuk Jambi, dua cerita yang bertolak belakang. Minangkabau mengatakan bahwa nenek moyangnya adalah Sultan Maharaja Diraja putra Iskandar Zulkarnain yang berlabuh di puncak gunung merapi. Air laut semakin surut keturunan Maharaja Diraja berkembang di sana hingga menyebar kebeberapa daerah di Sumatra. Lain halnya dengan tambo Lubuk Jambi, tambo itu mengatakan bahwa nenek moyangnya adalah Maharaja Diraja Putra Iskandar Zulkarnain, berlabuh di Bukit Bakar dan membangun peradaban di sana. Dari Lubuk Jambi keturunan-keturunannya menyebar ke Minangkabau dan Jambi. Namun tambo tidak menyebutkan tahun. Itulah sebabnya daerah ini dinamakan Lubuk Jambi yang berarti asalnya (lubuk) orang-orang Jambi. Menurut ceritanya, Kandis sejak kalah perang dalam ekspedisi Sintong dan penyembunyian peradaban mereka ceritanya disampaikan secara rahasia dari generasi ke generasi oleh Penghulu Adat atau dikenal dalam istilahnya ”Rahasio Penghulu”. Namun kebenaran cerita rahasia ini perlu dibuktikan.

Dari kedua tambo tersebut di atas, dapat ditarik benang merah yaitu ”sama-sama menyebutkan bahwa nenek moyang mereka adalah  Iskandar Zulkarnain”. Tapi dalam catatan sejarah yang diketahui Iskandar Zulkarnain (Alexander the Great/ Alexander Agung) tidak mempunyai keturunan.

Plato-Atlantis-Iskandar Zulkarnain-Kandis

Plato, filosof kelahiran Yunani (Greek philosopher)  yang hidup 427-347 Sebelum Masehi (SM). Plato adalah salah seorang murid Socrates, filosof arif bijaksana, yang kemudian mati diracun oleh penguasa Athena yang zalim pada tahun 399 SM. Plato sering bertualang, termasuk perjalanannya ke Mesir. Pada tahun 387 SM dia mendirikan Academy di Athena, sebuah sekolah ilmu pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model buat universitas moderen. Murid yang terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang ajarannya punya pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.

Dengan adanya Academy, banyak karya Plato yang terselamatkan. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk surat-surat dan dialog-dialog, yang paling terkenal mungkin adalah Republic. Karya tulisnya mencakup subjek yang terentang dari ilmu pengetahuan sampai kepada kebahagiaan, dari politik hingga ilmu alam. Dua dari dialognya “Timeus dan Critias” memuat satu-satunya referensi orisinil tentang pulau Atlantis.

Bagaimana hubungannya dengan Iskandar Zulkarnain, Iskandar adalah anak dari Raja Makedonia, Fillipus II. Ketika berumur 13 tahun, Raja Filipus mempekerjakan filsuf Yunani terkenal, Aristoteles, untuk menjadi guru pribadi bagi Iskandar. Dalam tiga tahun, Aristoteles mengajarkan berbagai hal serta mendorong Iskandar untuk mencintai ilmu pengetahuan, kedokteran, dan filosofi.

Iskandar Zulkarnain murid dari Aristoteles, dan Aristoteles murid dari Plato. Dari hubungan ini dapat diduga bahwa keturunan Iskandar Zulkarnain yang sampai ke Lubuk Jambi terinspirasi untuk membangun sebuah peradaban/Negara yang ideal seperti Atlantis. Maka mereka membangun sebuah istana dhamna “sebuah replika Atlantis”. Namun semua ini masih perlu pengkajian yang lebih mendalam.

Kesimpulan

Dari penelitian pendahuluan ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Bukit yang terletak pada 0042’58 LS dan 101020’14 BT diduga sebagai situs peninggalan Kandis yang dimaksudkan didalam tombo/cerita adat.
  2. Kerajaan Kandis diduga sebagai peradaban awal di nusantara.
  3. Kerajaan Kandis merupakan replika dari kerajaan Atlantis yang hilang.

Kesimpulan ini masih bersifat dugaan atau hipotesa untuk melakukan penelitian selanjutnya. Oleh karena itu penelitian arkeologis akan menjawab kebenaran dugaan dan kebenaran tombo/mitos yang ada ditengah-tengah masyarakat.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pemangku Adat Kenogorian Lubuk Jambi Gajah Tunggal (Mahmud Sulaiman Dt. Tomo, Syamsinar Dt. Rajo Suaro, Danial Dt. Mangkuto Maharajo Dirajo, Sualis Dt. Paduko Tuan, dan Hardimansyah Dt. Gonto Sembilan), Drs. Sukarman, Mistazul Hanim, Nurdin Yakub Dt. Tambaro, Abdul Aziz Dt. Dano, Bastian Dt. Paduko Sinaro, Ramli Dt. Meloan, Marjalis Dt. Rajo Bandaro, dan Syaiful Dt. Paduko. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Meutia Hestina, Apriwan Bandaro, dan teman-teman yang membantu penulis dalam ekspedisi: Mudarman, bang Sosmedi, Yogie, Nepriadi, Zeswandi, bang Izul, Diris, Ikos, dan Yusran. Mas Sam dan Erli terima kasih atas informasinya.

Daftar Pustaka

Datoek Toeah. 1976. Tambo Alam Minangkabau. Pustaka Indonesia. Bukit Tinggi.

Graves, E. E. 2007. Asal-usul Elite Minangkabau Modern. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.

Hall, D. G. E. tanpa tahun. Sejarah Asia Tenggara. Usaha Nasional. Surabaya.

Kristy, R (Ed). 2007. Alexander the Great. Gramedia. Jakarta.

Kristy, R (Ed). 2006. Plato Pemikir Etika dan Metafisika. Gramedia. Jakarta.

Marsden, W. 2008. Sejarah Sumatra. Komunitas Bambu. Depok.

Olthof, W.L. 2008. Babad Tanah Jawi. Penerbit Narasi. Yogyakarta.

Samantho, A. Y. 2009. Misteri Negara Atlantis mulai tersingkap?. Majalah Madina Jakarta. Terbit Mei 2009.

Suwardi MS. 2008. Dari Melayu ke Indonesia. Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta.

Wikipedia. Ensiklopedi Bebas. http://wikipedia.org.


Sumber :

KERAJAAN KANDIS ATLANTIS NUSANTARA ANTARA CERITA DAN FAKTA (Sebuah Hipotesa Lokasi Awal Peradaban di Indonesia)

Makalah Seminar oleh: PEBRI MAHMUD AL HAMIDI

  • Koordinator Tim Penelusuran Peninggalan Kerajaan Kandis di Lubuk Jambi Negeri Gajah Tunggal, Kecamatan Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau
  • Dikumpulkan dari cerita yang diwarisi secara turun temurun oleh Penghulu Adat Lubuk Jambi

Sumber :

http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-%E2%80%9Catlantis-nusantara%E2%80%9D/

About minangheritage

Minangkabau Heritage adalah sebuah gerakan konservasi Warisan Budaya Minangkabau yang berangkat dari kesadaran akan perlunya portal open data dengan sumber terbuka yang bertemakan Kebudayaan Minangkabau. Proyek ini diselenggarakan secara gotong royong baik dari sisi teknis, penyuntingan naskah dan pelbagai kegiatan lainnya. Saat ini ada 3 Sub Tema besar yang sedang dikerjakan yaitu : Sejarah Minangkabau, Budaya Minangkabau, Warisan Minangkabau. Ingin berpartisipasi ? Silahkan kirim file, naskah, dokumen anda melalui menu yang tersedia atau kiri email beserta lampiranya ke [email protected]

Check Also

Wilayah Kebudayaan Pulau Sumatera

SUMBER ARTIKEL DAPAT DIBACA DISINI

54 comments

  1. saya bangga sekali sebagai orang indonesia. menurut saya, indonesia sangat kaya dengan budaya, sastra, seni dan adat. kita sebagai bangsa indonesia harus menjaga dan melestarikan budaya dan persatuan bangsa ini. apalagi kalo memang indonesia merupakan atlantis, kita patut bangga karena kita adalah bangsa yang besar. kalo bukan atlantis kita tetap patut bangga karena kita pernah menjadi bangsa yang menguasai nusantara ini.

  2. Dengan hormat,

    Saya Ivan Taniputera sedang menulis buku mengenai sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara pasca keruntuhan Majapahit. Oleh karenanya, bila ada rekan2 yang mempunyai informasi mengenai data sejarah kerajaan2 di Sumatera Barat dan Timur sudilah kiranya menghubungi saya.
    Email saya: ivan_taniputera @ yahoo.com.
    Sebelumnya saya ucapkan beribu-ribu terima kasih.

    Salam hormat,

    Ivan Taniputera

  3. di riau masih banyak situs-siuts yg belum tergali dan masih banyak sejarah yg masih di telusuri

  4. terima kasih putra bangsa….yg mau ingat leluhur

  5. Maso lalu untuk bacamin ka muko, namun jaan awak sampai mabuk jo kejayaan masa lalu…

  6. saya ingin tahu mengapa sebagian orang kuantan dan kampar sekarang sering mengatakan budaya mereka tidak sama dgn orang minangkabau atau mereka mengatakan mereka berbudaya melayu (melayu johor) ?

    • Prof. Amri Marzali.

      Kuantan dan Kampar adalah “rantau timur” dari kerajaan Minangkabau yg berpusat di Suroaso-Batusangkar. Mrk mengamalkan adat Minangkabau yg matrilineal dan berbahasa Minangkabau dialek Darmasraya. Kalau mrk pd masa kini menafikan kenyataan ini, maka itu adalah masalah “politik daerah” atau “nasionalisme melayu-riau” yg merasa terancam atau dikecilkan oleh “budaya Minangkabau.” Kasihan itu Orang Kuantan dan Kampar.

      • Ridho Caniago Sutan Palimo Bandaro

        Saya juga sependapat dengan Pak Prof.

      • masak profesor begitu sekali kajianya..heheheh kerajaan minangkabau itu berdiri tahun berapa? siapa pula adityawarman?buka dong kitab2 lama…adakah di dalam kitab majapahit kerajaan minangkabau??

      • untuk anak kuantan, ada bukti sejarahnya, bahkan dharmasraya sudah disebut dalam prasasti padang roco yang merupakan hadiah dari raja singasari ke tribhuwanaraja (raja dharmasraya/malayu).

        soal kaitan dengan majapahit. ada di kitab pararaton, negarakertagama, ekspedisi palamayu I dan II.

        Untuk adityawarman : arca amogphasa, pararaton, negarakertagama, prasasti manjusri, babad arya tabanan, prasasti suruaso, bukik gombak, Kitab undang-undang tanjung tanah di kerinci, prasasti kuburajo.

  7. Kalau menurut saya ditinjau dari sejarah politik kerajaan yg menguasai kampar dan kuantan yang membuat kedua daerah ini tidak mengakui minang, bukan krn budaya, tp krn tdk mau diakui sebagai taklukan kerajaan minang

  8. sejarah juga bisa dilihat dari pengaruhnya sekarang. Disini saya kemukakan fakta sekarang yg ada dikandis kuantan riau.

    1. masyarakat yg ada dikandis kuantan itu memakai adat minagkabau (sumatera barat)
    2. dialek yg digunakan minangkabau.
    3. Kadang menggunakan adat melayu (adanya pengaruh dari kerajaan melayu seberang)
    4. budaya randainya khas minangkabau sumbar (tak ada istilah randai kuantan atau melayu itu luas. karna tidak ada randai ditempat lain)
    5. bendera adat merah kuning hitam adalah bendera kerajaan pagaruyung sumaterabarat.
    6. suku yang dominan suku piliang, chaniago (minangkabau sumbar) dan melayu (pengaruh seberang)
    7. tambo kuantan (kandis) aseli tambo tulisan khas minangkabau yg sudah direvisi tentang asal nenek noyang.
    8. rumah adat kuantan ini jelas sekali rumah adat minangkabau yg diminimaliskan sdikit. (coba jujur perhtikan lagi rumah tuanya).
    9. Daerah kandis kuantan mulai dikenal sejak jayanya malaka -johor -pagaruyung. daerah ini digunakan sungainya untuk hubungan dagang malaka dan pagaruyung.
    10. raja pagaruyung terakhir sumaterabarat melarikan diri ke kuantan dan membangun kerajaan baru disana. dikarenakan kuantan memang daerah kekuasaan paguruyung dahulunya. tidakkan mungkin seorang raja membangun kerajaan baru yg bukan di daerah kekuasaanya.

    nah sekarang faktanya Moloyu-minangkabau peradaban tertua dismutera juga melayu tidak pernah mencatat adanya kerajaan kandis dalam literatur mereka. jikapun ada kerajaan kandis sudah pasti itu anak kerajaan minangkabau karena latar belakang tersebut diatas (budaya yg dipakai dikuantan budaya minagkabau dan melayu. bisa juga anak kerjaan melayu.
    pertanyaanya
    bagaimana bisa kandis kuantan kerajaan tertua?

    • Saya mau mengomen sdikit
      Tentang yg no 5.
      Itu warna bendera nya hitam kuning merah
      Bukan merah kuning hitam
      Terima kasih

  9. mungkin penulis ingin membuat sensasi tentang sebuah kisah/daerah/kerajaan. namun kalau penulis mengangkat sesuatu dari dasar kekeliruan…tetap saja tidak ada arah dan tujuan.
    kalai penelitiannya dari uang negara, mungkin bisa lah saya maafkan..kalau dari uang pribadi…juga tidak apa apa..

    tp intinya….taluak tu balahannya kalau ndak salah tu urang dari saruaso/payokumbuah tu…

  10. Rey..
    kami orang kuantan bukan orang minangkabau ya,,,kami melayu asli kunatan,,enak aja orang minang menganggap kami bagian dari minang,,soryyy, kami kuantan adalah kuantan bukan orang bagian dari minangkabau

    • Ridho Sutan Palimo Bandaro

      Kami kuantan adalah kuantan,,maaf ya bro..liat rumah adat di kampung2 anda dan bandingkan dgn daerah di Sumbar..

    • kami gak peduli tuh, kamu orang mana? terserah kamu aja..bagi kami kalian tak lebih dari mintimun bungkuak, masuk tak genap, kalua tak gajia..

  11. rey dan Ridho Sutan Palimo Bandaro jujur sajalah apa suku nenek anda? kalau tak ginilah suku apa yg dominan dikampung anda?

    Penulis diatas jelas sentimen dengan mengatakan sejarah minangkabau tidak mementingkan tahun hanya raja2nya. LUCUNYA ketika penulis mengemukakan mitologi lubuk jambi si penulis ini jg tdk dapat menuliskan TAHUNNYA.

    Memang sejarah minangkabau ditambo tidak terdapat tahun saudara-saudaraku yg dikuantan tapi apakah anda BUTA diminangkabau BANYAK prasasti. dari prasastilah tulisan sejarah dibangun bukan hanya tambo.

    Jelas sekali tambo kuantan (lubuk jambi) copy paste dan revisi tambo aslinya di minangkabau.Karna kuantan tidak punya bukti lain.

    Pertanyaan untuk penulis kandis kerajaan tertua:
    PRASASTINYA MANA yg menjelaskan ttg kandis?

    Anda menyebut-nyebut istana dhamna apakah sudah anda pelajari tentang perubahan bahasa dalam kurun waktu. Misal suku jambak aslinya champa, MALAYU (minangkabau tua) atau MOLOYU menjadi MELAYU (catatan cina, gogling noh). Istilah MELAYU muncul termasuk baru di MELAKA setelah era kerajaan kerajaan tua di minangkabau dan jambi. dan perubahan lafal lainnya.

    Beranjak dari perubahan lafal seperti ini terpikirkan tak bagi anda istana DHAMNA yg anda maksud adalah Dharmasraya kerajaan di minangkabau?
    karna sampai saat ini bukti istana dhamna atau prasastinya dikuantan tak pernah ada.

    Anda berusaha mencari jati diri.. saya sarankan berhentilah karna sebenarnya anda sudah tahu dan mari kita saling berangkulan kembali. anda di Riau kami disumbar tapi tetap satu nenek minangkabau. dan jika anda tidak setuju dengan kami tak apa. Sekarang cobalah tanya orang MELAYU ASLI RIAU, apakah anda bagian dari mereka (tapj angan ada kepentingan politik).

    semoga membantu txs..

  12. Ridho Sutan Palimo Bandaro (KUANTAN RIAU)

    Pak Ridho menggelikan. Dengan memakai gelar SUTAN tersebut sudah jelas anda minangkabau sumbar. JIka anda MELAYU RIAU gelar anda SULTAN bukan SUTAN. Karena penyebutan istilah SUTAN bermula dari raja-raja islam di pagaruyung meluas ke kuantan riau dan sebagainnya. Tidak mungkin dari kuantan istilah sutan lalu meluas ke PAGARUYUNG sumbar.

    Kalau masih ragu baca silsilah raja-raja (SUTAN) dikuantan Riau dimana BERMULANYA dan baca juga silsilah raja-raja pagaruyung dimana BERAKHIRNYA.

    cmiiww..

  13. sutan…kira2 tahun berapa islam masuk di minangkabau? kapan berdiri kerajaan minangkabau? siapa saja yang memerintah…?..siapa adityawarman?..pastikan dulu ini…

    • islam masuk ke Minangkabau sejak abad ke-7 dari arah timur..(saya yakin melewati tanah Kampar juga;-P). gelombang kedua masuk di bad ke-13. Tapi sebelum itu di Barus, Sumatra Utara sudah ada perkampungan Islam sejak masa rasulullah dan para sahabat.
      Kerajaan Minangkabau? Kerajaan Dharmasraya dan Malayupura berdiri di kawasan Tengah Sumatra, wliayahnya berbatasan dengan Jambi dan rantau2xnya di barat adalah pesisir barat sumatra (selatan Aceh, pesisir barat sibolga, pasaman, pariaman, pesisir selatan, sedangkan rantau timurnya kampar, indragiri, dan Kuantan senggigi.
      Adityawarman memindahkan pusat kerajaan dari Dharmasraya (berbatasan dengan Jambi) ke Saruaso, selanjutnya beliau membina istana di Pagaruyung.
      Jadi mau anda akui atau tidak, Kampar dan Kuansing dari dulu merupakan rantau (daerah bawahan Pagaruyung)..suka atau tidak suka..
      Dan kalau sekarang anda menyangkalnya, itu terserah anda..cuma gak malu tuh sama bahasa, sistem adat, warisan, dan rumah lontiak yang merupakan bagian dari variasi adat Minangkabau? Jadi Malin Kundang atau Sangkuriang sekalian gak apa-apa..sekalian saja gali tanah Kandis itu..cari harta karun talantis yah..kalo sudah ketemu..upload juga di sinis..saya tungguin..takutnya sudah beruban janggut saya, belum juga nda temukan.

  14. asli kuantan chaniago

    setau saya kerajaan kuantan ada sejak jatuhnya emperium pagaruyung. Raja terakhir pagaruyung melarikan diri ke negeri jajahanya (kuantan) dari kecamuk perang paderi. dikuantan raja pagaruyung (minangkabau) bertahta. silahkan cari dan baca sejarahnya biar lebih detil.

  15. yap benar dari raja pagaruyung inilah gelar sutan turun menurun ada di kuantan sampai sekarang ini. tak heran sebenarnya sebelum raja pagaruyung ini datang, budaya kuantan sudah merupakan budaya alam minangkabau. Sangat mudah ditelusuri banyaknya suku chaniago, piliang (suku minang) budaya randai, bendera merah kuning hitam (bendera pagaruyung), matri dll yang mendiami kuantan sebelum menetapnya raja pagaruyung.
    Kedatangan sang raja untuk bersembunyi dari pasukan paderi yang pada masa itu terjadi kesalahpahaman antara paderi dan kerajaan yg mengakibatkan pertumpahan darah.

    untuk anak kuantan diatas: coba cerna istilah SUTAN dan SULTAN.
    dan siapa RAJA kuantan yang bergelar SUTAN seblum datangnya raja pagaruyung?

    baca baik2 bukan SULTAN (istilah raja islam di malaka,melayu pesisir)

  16. Kayu Tarok (@kayutarok)

    Minangkabau jauh LEBIH TUA dari Pagaruyung, Pagaruyung HANYALAH salah satu bagian dari sejarah Minangkabau. Jangan dicampur aduk.. untuk diketahui saja. Saya cuma merasa geli saja jika ada orang Kuantan dijajah oleh orang Minang. Heheheh itu sama saja anda mengatakan anda “dijajah” oleh nenek moyang anda sendiri. 🙂 Memisahkan melayu dengan Minangkabau? Jangan buat lagi kelucuan di jaman modern sekarang jika anda tidak ingin jadi bahan tertawaan pakar2 dunia ! Ketika membuka sejarah Melayu, Minangkabau PASTI akan terbawa ke dalamnya, Minangkabau turut membesarkan sejarah Melayu! Terimalah kenyataan itu.

    • Kenapa ya orang minang mengakui bahwa orang kuantan itu bagian dari orang minangkrbau, dilihat dari segi bahasa saya rasa berbeda, wajar sedikit2 ada kesamaan bahasa karena kita satu pulau spt jambi palembang riau dan sumbar pasti ada kesamaan bahasa tapi bukan berarti satu suku minang itu, ada2 saja org minang menganggap kuantan sbgai bagiannya, sedangkan org kuantan banyak tak mengerti bahasa minang sumbar itu.

    • Kuantan bukanlah jajahan Pagaruyung!!! Istilah pagaruyung baru muncul sewaktu sultan tangkal alam bagagarsyah.
      Dalam sistim administratif pagaruyung, di kenal yang namanya Rantau nan duo. untuk Rantau Kampar, Rokan dan Kuantan berasal dari penduduk limopuluah.

      Untuk istilah “Minangkabau” perlu pembuktian sejarah lebih lanjut. karena hikayat asal usulnya hanya berasal dari tambo. dan tokoh “cati reno” perlu ditelusuri lebih lanjut. sedangkan istilah malayu sudah ada bukti sejarahnya baik itu dari catatan china dan juga arca amogphasa (sekarang ada di museum nasional). Untuk istilah Minang (minanga) juga sudah di temukan yaitu pada prasasti kedukan bukit (museum nasional)

    • SAYA SETUJU PENDAPAT KAYU TAROK ORANG MINANGKABAU TERSEBAR DIMANA MANA

  17. untuk Rozaki ahmad.

    Spertinya penjelasan panjang lebar hubungan kuantan dan minang (kuantan bagian dari budaya minang, dahulu bukan skarang) diatas blum juga mengerti bagi saudara rozaki ahmad. Ada baiknya anda belajar lagi. Banyak tetua, ninik mamak kuantan mengakui mereka berasal dari minang. Sepertinya anda generasi muda yg tak melek sejarah kuantan.
    Tak perlu malu atau risih, biasa saja. Toh masyarakt minang tidak menuntut apa2 untuk itu, hanya meluruskan sejarah dan generasi muda kuantanpun punya identitas yg jelas tidak lagi ngambang seperti yg anda rasakan. Provinsi boleh beda tapi nenek moyang tetap satu, Minang.

    Belajarlah dari yang sederhana dulu. Misal: tahukah sodara rozak bahwasnya dialek Minang itu beragam? nah dari sana coba anda telusuri dialek Minang yg paling dekat dengan kuantan. Jika dah ktemu cari suku nenek anda kalo bisa silsilah 7 generasi keatas atau 2 generasi juga cukup.
    Jika nenek moyang anda bersuku Piliang atau Chaniago, tak pelak, akui sajalah daripada menderita, bersembunyi trus. Trims.

  18. Tidak mungkin air mengalir dari yg rendah ke ketinggian,, pakai kan logika anda.. jd yg mana yg dahulu….???

  19. BELAJAR LAGI LAH

    Rozaki ahmad baca lagi sejarah ge.

    Istilah MELAYU itu belakangan muncul yang ada lebih dahulu MALAYU (kerajaan antara SUMBAR dan JAMBI). Melayu sendiri mengakui minang saudara tua mereka sendiri. Karena adat perpatih nan sebatang dan temanggung di adopsi malasyia dari sejak dahulu (temanggung). di brunei sendiri mengaku beraja ke malaka beradat ke minangkabau.

    Toh jika kuantan sekarang lupa diri bisa dimaklumi tapi terpikirkan tak kuantan pada masa dulu kala yang maaf belum bisa apa-apa. Sedangkan daerah lainnya sudah sangat maju.

    ingat rozaki: Sejarah masa lalu bisa dilihat dari kultur yg dominan sekarang.

    Tambo Kuantan menyebut nenek moyangnya berasal dari sebelah bukit yg lebih tinggi, dimana itu coba?

    di kuantan memang ada masuk melayu sedikit dari seberang dahulunya tapi tetap saja nenek moyang anda bukan melayu seberang tapi MALAYU antar SUMBAR dan JAMBI. Karena Peradaan minang lebih dahulu ada dari melayu seberang.

    dan ingat: pada masa itu kuantan negeri kecil yg berada dekat dengan pengaruh kerajaan besar minangkabau. kalau sekarang kuantan merasa besar dan maju ya tak masalah itu dah takdirnya hehe..

    salam damai rozaki semoga mau belajar menerima..

  20. untuk saudara ahmad rozaki. ada beberapa kritikan dari saya atas tulisannya yang sangat menambah wawasan saya.

    1. dalam sejarah ada yang namanya data primer (prasasti, arca, kitab, dll) dan ada data sekunder (hikayat, legenda, dll). dalam hikayat di sebutkan iskandar zulkarnain dan merujuk kepada alexander the great. Disini, jika bukti bahwasanya alexander bukanlah iskandar zulkarnain, maka perbaiki hal tersebut. karena mencocokan mitos dengan sejarah akan terjadi kesimpang siuran.
    2. Minang adalah bagian malayupura. itu sudah ada buktinya jika di kaitkan antara prasasti kedukan bukit, prasasti padang roco, dan arca amogphasa. tapi kerajaan melayu tertua memang minanga (jika kita mencocokan prasasti kedukan bukit dengan catatan I-Tsing, sriwijaya berbeda dengan melayu)
    3. Untuk kerajaan kandis, cobalah anda uji artefak-artefak yang ada di bekas peninggalan kerajaan kandis dengan tes radiokarbon c14 (setahu saya negara yang terdekat bisa mengujinya dengan kita adalah selandia baru) jika umurnya lebih tua dari prasasti-prasasti yang ada di dharmasraya, maka sudah dipastikan memang dari kandislah asalnya malayu.
    4. soal perbedaan antara bentuk benda budaya, bahasa, adat. saya rasa anda sudah membahasnya di atas. secara umum dalam rumpun melayu terdapat kesamaan.

  21. melayu adelah melayu minangkabau adelah minang kabau bahase melayu kami mulai dari besemah sumtra selatan sampai riau ,malaka, melayu deli , malaysie ,pattani,sambas ,banjar kalimantan ,brunie DIALEK KAMI E kemana menjadi KEMANE bukan KAMA seperti bahas minang

  22. Ada banyak pertanyaan ttg pasemah atau besemah ini.. Seingatan saya ada prasasti pasemah thn 674m.. Ini jadi keanehan kok ada prasasti penundukan pasemah oleh Sriwijaya? Kalo memang sriwijaya asal dari pasemah maka tidak seharusnya ada prasasti ttg penundukan pasemah.. Di minangkabau dan riau tidak ada prasasti bikinan dari sriwijaya..

  23. Menanggapi prasasti palas pasemah, itu adalah prasasti yang berada di Lampung Selatan tidak jauh dari Kalianda, kenapa dinamakan Prasasti Palas Pasemah? karena di daerah itu didiami oleh suku Pasemah yang bermigrasi ke daerah sana tahun 1930-an untuk membuat perladangan dan perkampungan, jadi sebenarnya lebih benar kalau prasasti Palas Pasemah itu disebut Prasasti Way Pisang, karena terletak di pinggir sungai Pisang, kalau dinamakan Prasasti Palas Pasemah karena orang pasemah berkampung di situ, bukan karena Pasemah ditaklukkan Sriwijaya bung…

  24. Kalau anda mengatakan di Sumatera itu dihuni oleh manusia bercawat rasanya anda sangat melecehkan keberadaan manusia yang telah membangun kebudayaan megalitik di lembah Gunung Dempu (Dempo), anda bolehlah datang ke sana kalau memang anda sangat tertarik dengan sejarah, tidak ada satupun dari patung megalitik itu menggambarkan manusia bercawat, tetapi sudah menggunakan pakaian lengkap, bahkan telah menggunakan sejenis topi rumbai-rumbai seperti topi orang mexico, telah menggunakan pakaian ala prajurit Romawi, dan sudah menggunakan aksesoris gelang kaki, kalung, dengan senjata pedang, tombak. Kalau yang anda posting di atas pastilah hasil dari google, bukan mata anda sendiri yang melihat, patung megalit yang tertua di lembah dempu/dempo ada yang sudah berumur 5000 tahun, paling muda berumur 2000 tahun, jadi jangan sembarang memposting tanggapan yang saya sebut hasil “perbualan anda” dengan google engiine.

  25. saya tidak mengatakan agama tauhid berasal dari sumatera, tetapi nenek moyang kami pengamal ajaran tauhid, karena tidak ada bukti peninggalan zaman dahulu di tempat saya lembah gunung dempu yang terkait dengan hindu/budha, anda jangan hanya berpedoman dengan pantai timur sumatera dan selat malaka terus ke semenanjung terus ke daratan benua asia, ada sisi barat sumatera sebagai jalur alternatif penyebaran agama tauhid di pulau sumatera, boleh jadi penyebaran agama tauhid melewati jalan sutra, akan tetapi pantai barat sumatera juga telah menjadi alternatif penyebaran dengan mengarungi samudera, dan dimungkinkan juga penyebaran ajaran tauhid bersamaan antara kedua jalan itu, mengenai megalitik yang ditemukan mungkin saja kalau batunya sudah terbentuk jutaan tahun, tetapi pengukiran batu tersebut sudah diukur masa/waktu karbonnya secara ilmiah, dan menunjukkan usia pengukiran 5000 sampai 2000 tahun yang lalu.

    saya juga menyarankan saudara untuk mempelajari mummi firaun, jelas ada yang sudah menggunakan kamfer yang didatangkan dari Barus, berarti zaman dahulu telah terjadi interaksi manusia di mesir dengan pulau sumatera pada kurun waktu terjadinya pembalseman mummi di mesir.

    kalau anda sempat juga pelajari temuan-temuan pada kerjaan ebla di suriah, jadi saya tidak pernah mengclaim sumatera tempat berawal ajaran tauhid, tetapi selepas masa Ibrahim AS, terjadi penyebaran ajaran tauhid di daratan asia dan kepulauan nusantara.

    Anda mungkin tidak mengerti sejarah masa lampau sumatera, dan saya akan memberi tahu saudara bahwa kerjaan sriwijaya itu dihancurkan dari dalam oleh penganut ajaran tauhid, karena di sriwijaya tidak terkendali lagi perjudian, sabung ayam, minum tuak, perbudakan, dan kemunkaran2 lainnya.

    seperti anda katakan kalau mau tahu bertanya saja anda kepada BALYA IBNI MALKAN atu NABI KHIDIR, karena dia tidak dimatikan oleh Allah SWT, kalau menurut pemahaman saya sayyidina NABI KHIDIR itu adalah penguasa lautan, jadi wajar saja dalam penyebaran agama tauhid melalui lautan, wallahu ‘alam.

  26. saya sangat memahami apa yang berlaku di tanah semenanjung, akan tetapi itulah kenyataan yang harus kita alami, akan tetapi kalau anda seorang muslim, ada janji Allah bagi kita akan terjadi masa yang gilang-gemilang, itulah yang akan kita hadapi bangsa melayu akan kembali berjaya dan akan dimulai tanda-tandanya tahun 2017, baik di kepulauan maupun di semenanjung

  27. Manusia tidak luput dari kesilapan bro, saya adalah muslim, salam “takkan melayu hilang dibumi”…

    • ALLAH HU AKBAR!!! Sumatera & Semenanjung Umpama Hati & Jantung dlm SATU JASAD rupanya. Sunggung Agung KuasaMu Ya Allah. Dlm Khutbah Akhir Rasulallah SAW ada menyebut: Mengamanahkn 2 per dan jika kita berpegang padanya pasti tidak akn tersesat…AL QURAN dan SUNNAH BAGINDA…SILATULRAHIM ADALAH ANTARA SUNNAH RASULALLAH yg amat tetinggi darjatnya…ANDA ADALAH SAHABAT SAUDARAKU. Shukran.

  28. Untuk kita ketahui bersama bahwa di Sumatera bagian Selatan Agama Islam masuk lebih dahulu ke pedalaman melalui pantai barat Sumatera, tepatnya dari Bengkulu selatan kemudian masuk ke pedalaman Gunung Dempo, sedangkan yang masuk melalui Palembang para penyebar agama Islam tidak menetap di Palembang, tetapi mereka memasuki pedalaman terutama masuk ke anak-anak sungai Musi seperti sungai Lematang, sungai Ogan, dan sungai lainnya.

    Kenapa mereka tidak mukim di Palembang? Karena pusat kekuasaan bekas kerjaan Sriwijaya di Bukit Siguntang selepas ditinggalkan Parameswara ke Tumasik masih mengamalkan agama Budha dan hindu, sedangkan di pedalaman pengaruh Hindu dan Budha tidak begitu kuat karena pedalaman mempunyai faham tauhid sehingga apabila Islam masuk penjelasan dari para penyebar Islam lebih mudah diterima, hanya beberapa hulubalang saja yang enggan masuk Islam karena mereka memang berprofesi sebagai perampok ulung, sedangkan untuk mengislamkan Palembang perlu strategi khusus yang harus disiapkan dari pedalaman, adapun pengislaman Palembang akhirnya tidak pernah dilakukan dengan peperangan, karena setelah kedatangan Arya Abdillah ke Palembang, sebagai penguasa Palembang yang islam akhirnya pusat kekuasaan di Siguntang langsung mengikuti Islam, berikut saya copy Tambo dari Marga Benakat tentang penyebaran Islam di sekitar Sungai Lematang huluan sungai Musi, Tambo ini sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia menggunakan huruf latin, yang aslinya ditulis di kulit kayu Karas dengan aksara Ka, Ga, Nga :

    Benakat Sepanjang Zaman
    Konon dahulu kala (±1312 M), dua orang pemuda kakak adik yaitu KAMALUDDIN dan MUHAMMAD YUSUF datang ke KUTE MUAHE HENING (saat ini bernama MUARA ENIM). Bahwa menurut cerita yang tertulis pada kulit kayu KARAS, mereka datang dari KUTE JUMBAI yang sekarang dikenal dengan KOTA JAMBI. Dalam perjalanannya mereka berjumpa dengan SYEKH JALALUDDIN yang pada saat itu telah berada di Kute Muahe Hening. Adapun Syeh Jalaluddin berada di Kute Muahe Hening dalam rangka penyebaran agama Islam. Atas persetujuan bersama Muhammad Yusuf diperintahkan oleh Syeh Jalaluddin untuk menjumpai Syeh Angkasa Ibrahim Papa yang pada saat itu telah berada dan menetap di Kute Tanjungan Raman. Sedangkan Kamaluddin tinggal bersama Syeh Jalaluddin di Kute Muahe Hening. Mereka masing-masing memperdalam ilmu agama.
    Dalam kurun waktu satu tahun, yaitu pada tahun 1313 M, Kamaluddin dipandang telah cukup mendapatkan didikan dari sang Guru Syeh Jalaluddin. Maka pada tahun itu pula beliau diperintahkan oleh gurunya untuk mencari tempat menetap guna penyebaran agama Islam. Atas perintah itulah Kamaluddin lalu pergi mengembara untuk mulai menyebarkan agama Islam. Beliau berangkat dari Kute Muahe Hening dengan menggunakan perahu. Beliau berangkat mengikuti arus sungai Lematang.
    Dalam perjalanannya tersebut Beliau teringat akan adiknya yang saat itu sedang menuntut ilmu dibawah asuhan Syeh Angkasa Ibrahin Papa di Kute Tanjungan Raman. Sesampainya beliau di Perairan Tanjungan Raman beliau langsung menuju ke kediaman Syeh Angkasa Ibrahim Papa untk bertemu dengan adiknya yang bernama Muhammad Yusuf. Singkat cerita, setelah melepaskan rindu karena lama tak berjumpa mereka lantas menghadap Syeh Angkasa Ibrahim Papa untuk meminta restu bahwasanya mereka berniat untuk menyebarkan agama islam.
    Setelah mendengarkan dan mempertimbangkan niat yang mulia dari kakak adik tersebut dan dipandang oleh Syeh Angkasa Ibrahim Papa bahwa Muhammad Yusuf telah cukup dan layak untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam, beliau memberikan restu kepada keduanya.
    Akhirnya setelah semua persiapan perbekalan telah cukup mereka mohon pamit kepada Syeh Angkasa Ibrahim Papa. Mereka bedua lantas pergi mengaruni sungai Lematang yang saat itu arusnya sangat deras dengan menggunakan perahu. Dalam perjalanan hati mereka bertanya-tanya, “kemana tujuan mereka”. Sementara perahu yang mereka tumpangi terus melaju mengikuti derasnya arus sungai Lematang. Berliku-liku dan berkelok-kelok tanpa hentinya mengalir, seakan menunjukkan keangkuhannya.
    Tak terhitung lagi telah berapa liku dan kelokan yang mereka lalui. Nampak dikiri kanan berdiri dengan megahnya hutan rimba belantara. pertanda tanahnya yang subur, yang belum terjamah oleh tangan manusia.
    Dalam perjalanannya, mereka menemukan sebuah tebing yang agak landai. Merekapun lantas berhenti karena terpikat dengan keindahan tempat tersebut. Mereka sepakat untuk singgah di tempat itu, perahu merekapun menepi untuk menggapai tebing landai itu. Setelah menambatkan perahu mereka pada sebatang pohon yang rindang dan sangat tinggi. Kebetulan saat itu waktu sholat Zuhur telah tiba. Setelah berwudhu, mereka melaksanakan sholat zuhur bersama di tebing yang agak tinggi dibawah sebatang pohon yang rindang.
    Setelah sholat mereka beristirahat sambil melepas lelah merebahkan diri dibawah pohon tersebut. Tanpa sadar mereka lantas tertidur dengan nyenyaknya.
    Diceritakan pula karena terlalu lelah mereka tidur hingga hari menjelang senja. Bahkan tanpa sadar mereka bertanya, sedang dimana mereka saat itu. Dengan spontan pula Muhammad Yusuf menyatakan keinginannya pada kakaknya Kamaluddin untuk membuka hutan belukar itu untuk dijadikan tempat tinggal.
    Semalam suntuk mereka berdua membabat hutan tersebut untuk dijadikan tempat tinggal. Merekapun lantas mendirikan pondok sebagai tempat berlindung. pekerjaan mereka selesai setelah fajar menyingsing. Mereka lantas melaksanakan sholat subuh di pondok yang baru mereka bangun setelah semuanya rampung. Muhammad Yusuf lantas mengatakan bahwa ia akan memberi nama tempat itu dengan nama KUTE TEDUNAN. Yang mana artinya adalah TEMPAT BERLINDUNG (sekarang bernama ULAK BANDUNG marga PENAGGIRAN kecamatan Gunung Megang). Sedangkan Ulak Bandung artinya adalah DUA ULAK YANG TERPANDUNG atau TERBENDUNG yang hingga saat ini dapat dibuktikan kebenarannya.
    Setelah Muhammad Yusuf menguasai sepenuhnya Kute Tedunan beliau diberi gelar oleh gurunya (Syeh Angkasa Ibrahim Papa) dengan gelar JAKA THALIB yang artinya Pemuda yang gagah perkasa. Jadilah nama lengkapnya MUHAMMAD YUSUF JAKA THALIB. Singkatnya, setelah Muhammad Yusuf Jaka Thalib memerintah di Kute Tedunan, beliau lantas menikahi seorang Putri dari Kute Muahe Hening (Muar Enim) yang bernama SITI MARYAM. Seorang anak tunggal dari Hulu Balang Kute Muahe Hening. Dari perkawinan ini beliau di anugerahi seorang anak yang diberi nama MUHAMMAD FAQIH RATU ALAM.
    MUHAMMAD YUSUF JAKA THALIB meninggal dunia pada tahun 1436 M. Beliau digantikan oleh putranya MUHAMMAD FAQIH RATU ALAM. Konon beliau adalah putra tunggal dari Muhammad Yusuf Jaka Thalib. Menurut cerita Muhamma Faqih Ratu alam menikahi seorang putri yang berasal dari pulau Jawa yang bernama SANDIYAH. Beliau juga di karuniai seorang putra tunggal yang diberi nama SULAIMAN. Konon meurut cerita Muhammad Yusuf Jaka Thalib mempunyai dua orang isteri. Muhammad Faqih Ratu Alam adalah putra dari isteri yang pertama, sedangkan dari isteri yang kedua beliau dikaruniai seorang putra dan seorang putri yang masing-masing diberi nama MUHAMMAD SOLIHIN AGUNG SAKTI dan SITI HAMIDAH. Diceritakan pula bahwa Siti Hamidah menikah dengan seorang ulama dari KUTE AUR DURI (saat ini dikenal dengan dusun GUCI marga TEMBELANG UJAN MAS Kecamatan Muara Enim).
    Kembali pada cerita Kamaluddin, setelah semalam suntuk beliau membantu adiknya Muhammad Yusuf Jaka Thalib membuka hutan dan membangun tempat tinggal beliau meneruskan perjalanan menelusuri sungai Lematang dengan perahu yang digunakan sebelumnya. Berliku-liku telah ia lewati. Sepanjang perjalanan masih Nampak hutan rimba yang megah dan gagah pada kiri-kanan sungai Lematang. Lama beliau menyusuri dan mengikuti arus deras sungai Lematang. Dan pada sebuah tanjungan yang belum dikenalnya itu beliu singgah untuk beristirahat setelah menambatkan perahu miliknya pada akar sebatang pohon yang rindang. Beliau memperhatikan tanah hutan rimba tersebut yang membentuk tanjungan itu. Namun tanpa disangka, dalam hutan tersebut telah ada manusia-manusia yang hidupnya bergerombol seolah merupakan suatu golongan-golongan yang terpisah-pisah. Kehidupan mereka masih sangat primitif sekali. Mereka berkeliaran dalam hutan-hutan rimba disekitar tanjungan itu. Yang mana terdapat banyak makanan. Mereka tidak mengenal bercocok tanam. Sedangkan bentuk tuguh mereka besar dan kekar dan berkulit hitam mengkilat. Saat mereka berjumpa dengan Kamaluddin, mereka berlari dengan cepat sekali dan memanjat pohon yang sangat tinggi. Untuk menyembunyikan diri.
    Melihat kenyataan itu Kamaluddin heran, namun beliau juga tertarik dengan perilaku mereka. Dan untuk mengetahui lebih jauh keadaan tersebut, beliau lantas memperhatikan setiap pohon-pohon yang besar disekitarnya. Ternyata diatas pohon-pohon tersebut beliau melihat ada manusia-manusia yang bersembunyi. Mereka memanjat pohon-pohon yang tinggi dan besar. Akhirnya beliau memutuskan untuk membuka hutan rimba tersebut untuk menetap dan membuat tempat tinggal. Hal ini dimaksudkan untuk mengenal lebih dekat dengan penduduk primitif ini. Padahal beliau sama sekali tidak mengenal hutan rimba tersebut.
    Yang pertama beliau lakukan adalah membuat pondok untuk tempat berteduh serta tempat beliau melaksanakan ibadah. Selanjutnya beliau membabat hutan rimba tersebut untuk membuat lahan becocok tanam. Setelah selesai membabat hutan belantara tersebut seorang diri, beliaupun member nama tempat itu dengan nama “KUTE NAKAT” yang berarti naik pohon yang tinggi. Karena dalam kenyataanya, penduduk asli hutan rimba tersebut bila bertemu dengan orang langsung melarikan diri dengan memanjat pohon yang besar lagi tinggi. Jadi NAKAT artinya NAIK BERSEMBUNYI.
    Selanjutnya Kute Nakat dikenal dengan nama BENAKAT (Marga Benakat). Beliau baru bisa menguasai Kute Nakat sepenuhnya pada tahun 1314 M setelah melalui perjuangan yang sangat berat dan panjang. Yang mana beliau mengadu kekuatan dengan kepala suku orang hutan tersebut yang mempunyai kesaktian luar biasa. Adapun nama kepala suku tersebut bernama SANDAU. Orang ini sangat terkenal karena kasaktiannya yang luar biasa.
    Setelah menaklukkan Sandau, beliau langsung mengislamkannya dan mengganti nama SANDAU dengan nama Islam yaitu, ABDUL RASYID. Sejak saat itu, pengikut-pengikut Sandau atau Abdul Rasyid berangsur-angsur mengikuti jejak Sandau atau Abdul Rasyid dan selanjutnya menjadi pengikut Kamaluddin yang paling setia.
    Sejak kemenangan Kamaluddin dalam menaklukkan Sandau, beliau menjadi sangat terkenal dan beliau diberi gelar oleh gurunya Syeh Angkasa Ibrahim Papa dan Syeh Jalaluddin dengan gelar SAKTI ALAM. Sejak saat itu pula Kamaluddin Sakti Alam dikenal sebagai Mubaligh yang gagah berani, disegani oleh lawan maupun lawan.
    Beliau berhasil mengembangkan Kute Nakat yang lebih sempurna. Dilaksanakan dengan teratur dan ditingkatkan lagi pengerjaannya dengan cara bergotong royong. Panen melimpah sehingga Kute Nakat hidup makmur.
    Kamaluddin Sakti Alam meniggal dunia pada tahun 1432 M, beliau digantikan oleh putranya yang bernama “MUHAMMAD ISYA RATU ANOM”. Semasa kekuasaan Muhammad Isya Ratu Anom inilah Kute Nakat makin pesat kemajuannya. Baik agama Islam maupun dibidang pertaniannya. Pada masa inilah Kute Nakat mengalami masa jayanya. Dimana pada masa itu banyak orang yang berduyun-duyun datang ke Kute Nakat untuk mencari penghidupan yang lebih layak. Bukan itu saja, pada masa ini banyak pula pemuka-pemuka dan tokoh-tokoh agama yang datang ke Kute Nakat sekedar untuk melihat kemajuan yang telah dicapai di Kute Nakat.
    Sepeninggal Muhammad Isya Ratu Anom, beliau digantikan oleh putra tunggalnya yang bernama “SOMAD SAKTI DALAM”. Muhammad Isya Ratu Anom meninggal pada tahun 1467 M. Somad Sakti Dalam terkenal dengan nama “SOLEH AMBAR”, yang artinya “SEORANG ALIM YANG PEMURAH”.
    Pada masa kepemimpinan Somad Sakti Dalam (Soleh Ambar) yaitu pada tahun 1472 M, GARANG SAKTI JAKA ADI PATI dan seorang sahabatnya yang bernama RADEN CILI putra dari raja GUNUNG BUNGKUK (BENGKULU) serta MUHAMMAD FATHONI SEGENCAR ALAM yang memerintah di Kute Alam (Pagar Alam), berkunjung ke Kute Nakat.
    Kedatangan para penguasa dari daerah lain ini disambut gembira oleh penguasa Kute Nakat (Abdul Somad Sakti Dalam). Mereka mengadakan pertemuan di Kute Nakat dalam rangka penyebar luasan pengaruh ajaran agama Islam, serta dapat di terapkan di Bukit Seguntang. Karena pada saat itu pengaruh ajaran Hindu dan Budha masih sangat kuat sekali di Bukit Seguntang. Mereka (Abdul Somad Sakti Dalam, Garang Sakti Jaka Adipati, Raden Cili dan Muhammad Fathoni Segencar Alam) mengatur strategi untuk menyerang Bukit Seguntang dari Kute Nakat. Pada saat itulah diikrarkan sumpah setia : Serasan, Sekundang, Setungguan.
    Selanjutnya pada pertemuan yang berlangsung di Kute Nakat itu mereka telah mengambil keputusan sebagai berikut :
    1. Mengadakan serangan secara serentak dan bersama-sama, sasaran utama adalah
    bukit seguntang.
    2. Mengangkat Garang Sakti sebagai Panglima untuk menyerang Bukit Seguntang.
    Namun sebelum serangan ke Bukit Seguntang dilaksanakan, tiba-tiba secara tiba-tiba datang seorang kurir dari Gunung Bungkuk. Kurir tersebut datang ke Kute Nakat untuk menyampaikan berita kepada Raden Cili bahwa Gunung Bungkuk mendapat serangan secara besar-besaran serta secara tiba-tiba dari raja Pagar Kuyung. Utusan tersebut menceritakan bahwa Putri Gading Cempaka, yaitu adik kandung dari Raden Cili telah diculik oleh Hulu Balang Raja Pagar Kuyung.
    Berita duka yang disampaikan oleh utusan khusus dari Gunung Bungkuk tersebut benar-benar mengejutkan Raden Cili. Saat itu juga Raden Cili beserta ketiga sahabatnya, yaitu : Garang Sakti Jaka Adi Pati, Abdul Somad Sakti Dalam dan Muhammad Fathoni Segencar Alam, berangkat meninggalkan Kute Nakat. Dan untuk sementara waktu mereka menunda waktu untuk penyerangan ke Bukit Seguntang.
    Abdul Somad Sakti Dalam meninggal dunia pada tahun 1485 M. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama, Muhammad Kabul Agung Sakti.
    DITERANGKAN BAHWA Muhammad Kabul Agung Sakti beristerikan seorang putri yang berasal dari Muara Takus bernama Siti Aisyah. Dari pernikahan tersebut beliau mendapatkan tiga orang putra dan dua orang putri.
    Sedangkan Sti Aisyah sendiri (Isteri Muhammad Kabul Sakti) adalah anak dari saudagar Islam di Muara Takus yang bernama KIMAS HASANUDDIN.
    Muhammad Kabul Agung Sakti meninggal pada tahun 1502 M. beliau digantikan oleh putranya yang bernama Muhammad Ishak Singa Alit. Singkat cerita Muhammad Ishak Singa Alit menikah dengan seorang putri yang berasal dari Tanjungan Iran, bernama “WASILAH”. Dari perkawinan tersebut beliau mendapatkan empat orang putra dan seorang putri
    Cerita mengenai adik kandung dari Muhammad Ishak Singa Alit yang bernama Syamsuddin Menak Anom terputus, hingga tidak diketahui lagi ceritanya. Kini kita lanjutkan cerita tentang Hanafi Bagus Mataram yang menetap di KUTE JATI.
    Pada tahun 1495 M, Hanafi Bagus Mataram beristerikan seorang putri yang berasal dari KUTE NUKAL yang bernama BASIAH. Setelah menikahi Basiah, Hanafi Bagus Mataram diperintahkan oleh orang tuanya (Muhammad Kabul Agung Sakti) yang pada masa itu sedang berkuasa di Kute Nakat untuk mengembangkan agama Islam. Kemudian Hanafi Bagus Mataram pergi mengembara dengan isterinya untuk menyebarkan agama Islam.
    Dalam perjalanan pengembaraannya, mereka berhenti sejenak sekedar untuk beristirahat di sebuah hutan rimba yang lebat. Namun tanpa disangka, isteri Hanafi Bagus Mataram meminta kepada dirinya agar membuka saja hutan belantara tersebut untuk dijadikan lahan pertanian dan tempat tinggal. Hanafi Bagus Mataram menyetujui permintaan isterinya tersebut. Dengan bersemangat Hanafi Bagus Mataram membuka lahan hutan belantara tersebut demi memenuhi keinginan sang isteri.
    Konon dari perkawinannya, mereka hanya dikaruniai seorang putra tunggal yang diberi nama ABDUL HAMIMI PARBU CILI. Muhammad Hanafi Bagus Mataram meninggal pada tahun 1530 M.
    Kini kita kembali lagi dengan cerita Muhammad Ishak Singa Alit yang sempat tertunda diatas. Pada masa kekuasaan Muhammad Ishak Singa Alit, Kute Nakat mengalami masa kejayaannya yang kedua. Hasil pertanian melimpah ruah. Ekonomi lancar, sehingga Kute Nakat aman, damai dan tenteram di bawah kepemimpinannya. Demikian juga dengan perkembangan agama Islam, masyarakat Kute Nakat pada saat itu begitu patuhnya menjalankan ajaran-ajaran Islam. Kute Nakat mdenjadi tujuan para perantau yang datang dari penjuru daerah. Mereka berduyun-duyun datang ke Kute Nakat untuk mencari penghidupan. Karena Kute Nakat adalah daerah yang makmur, aman dan tenteram. Dan pada tahun 1538 M, Muhammad Ishak Singa Alit meninggal dunia. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama MUHAMMAD SAID PUTING ALAM.
    Pada tahun 1539 M, Muhammad Said Puting Alam pergi mengembara bersama adiknya yang bernama Muhammad Ali Dalom Sunting. Mereka mengembara dalam rangka menyebarkan agama Islam. Dalam pengembaraannya mereka masuk ke Kute Belida. Namun pada saat itu mereka tidak menemui pemimpin Kute Belida. Karena tidak bertemu dengan penguasa Kute Belida, mereka lantas kembali ke Kute Nakat.
    Sekembalinya Muhammad Said Puting Alam dan adiknya ke Kute Nakat, didapatinya Kute Nakat sedang diserbu oleh perampok-perampok yang berasal dari BESEMAH. Perampok-perampok tersebut menyerbu Kute Nakat dari empat penjuru angin secara serentak. Terjadi pertempuran yang sengit, mengadu kesaktian serta senjata pusaka dan kekuatan. Hulu balang-hulu balang Kute Nakat yang gagah berani melakukan perlawanan yang sengit. Mereka meneriakkan agar rakyat Kute Nakat melwan para perampok dari Besemah.
    Diceritakan pada saat itu ada seorang Hulu Balang Kute Nakat yang sakti Mandraguna, melakukan perlawanan tanpa mengenal lelah. Saat itu hulu balang Kute Nakat adalah Ratu Ranggan yang berasal Mataram. Ratu Ranggan adalah hulu balang kepercayaan Muhammad Said Puting Alam. Dimana saat Muhammad Said Puting sedang melakukan perjalanan, Ratu Ranggan diberi kepercayaan penuh untuk menjaga dan memimpin Kute Nakat. Selanjutnya, karena jasa-jasa Ratu Ranggan, akhirnya ia dinikahkan dengan adik dari Muhammad Said Puting Alam yang bernama Puteri Melur Melani. Dari perkawinan mereka dikaruniai seorang putra dan seorang putri, yang masing-masing bernama RADEN RANGGA LAWE dan PUTRI SEKAR MERANTI.
    Kembali lagi pada pertempuran antara rakyat Kute Nakat yang dipimpin oleh hulu baling Ratu Ranggan melawan perampok-perampok Besemah. Banyak sekali kerugian yang diderita akibat pertempuran itu. Baik harta maupun nyawa. Namun dengan kegigihannya, rakyat dan hulu balang Kute Nakat dapat memenangkan pertempuran itu. Banyak sekali para perampok yang terbunuh pada saat itu. Sedangkan yang selamat ditawan.
    Muhammad Said Putting Alam setelah berkuasa di Kute Nakat, beliau menikah dengan seorang putri dari Kute Panang yang bernama DARA SERTANI. Dari pernikahannya beliau mendapatkan satu orang putri dan dua orang putra yang masing-masing bernama, PUTRI SURI SEKAR SARI, NAJAMUDDIN KUMBANG SERAMPU SAKTI dan ABDULLAH ULUNG SERAMPU PATI.
    Putri Suri Sekar Sari menikah dan menetap di Kute Betung Komering, Najamuddin Kumbang Serampu Sakti menetap di Kute Nakat, sedangkan Abdullah Ulung Serampu Pati menetap di Kute Bukit Unggul dalam sungai Benakat.
    Muhammad Said Puting Alam meninggal dunia pada tahun 1560 M. beliau digantikan oleh putranya yang bernama Najamuddin Kumbang Serampu Sakti.
    Kini kita kembali lagi ketahun 1314 M. Pada masa itu seorang ulama yang bernama MUHAMMAD DAUD TEMENGGUNG bersama adiknya yang bernama MUHAMMAD ILYAS KUMBANG SAKTI datang berkunjung ke Kute Muahe Hening. Beliau adalah seorang ulama yang datang dari Jumbai (Jambi). Beliau bertemu dengan Syeh Jalaluddin yang saat itu sedang berkuasa di Kute Muahe Hening. Muhammad Daud Temenggung dan adiknya Muhammad Iliyas Kumbang Sakti meminta petunjuk kepada Syekh Jalaluddin. Dengan senang hati Syekh Jalaluddin memberikan petunjuk kepada mereka berdua. Syeh Jalaluddin menyarankan agar mereka mencari tempat untuk penyebaran agama Islam. Karena dengan demikian Agama Islam dapat berkembang.
    Atas petunjuk dari Syekh Jalaluddin mereka berdua lantas kembali melanjutkan perjalanannya guna penyebaran agama Islam. Dalam perjalanan inilah mereka melihat ada sekumpulan pohon bambu yang sangat luas pada sebuah tanjungan sungai lematang. Mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri hutan bambu tersebut.
    Akhirnya mereka sepakat untuk membuka hutan bambu tersebut. Bekerja sama mereka terus membabat hutan itu. Selanjutnya mereka memutuskan untuk tetap tinggal disana.
    Setelah selesai membuka hutan bambu tersebut, mereka member nama tempat itu dengan nama KUTE MUMPE LIBAU (yang sekarang bernama dusun Kepur). Mumpe Libau adalah buluh atau bambu yang luas.
    Muhammad Daud Temenggung menikahi seorang puteri yang berasal dari pulau Jawa. Dari pernikahannya mereka dikaruniai tiga orang putra dan seorang putri.
    Putra pertama diberi nama MUHAMMAD YA’KUP TANDING SAKTI, putra kedua diberi nama MUHAMMAD ALI RAMA SAKTI, putra ketiga bernama MUHAMMAD FADIL RATU SEMPURNA dan puterinya bernama ZAKIAH.
    Muhammad Daud Temenggung meninggal dunia pada tahun 1408. Sedangkan kedudukannya digantikan oleh putranya yang bernama Muhammad Ya’kup Tanding Sakti. Muhammad Ya’kup Tanding Sakti menikah dengan seorang putri dari Kute Keban Batu (sekarang bernama Marga Gedung Agung – Lahat), yang bernama SITI SANIDAH. Dari pernikahan ini beliau dikaruniai dua orang putra dan seorang putri. Masing-masing bernama MUHAMMAD RASYID SYAH ALAM, ABDUL HAMID SENDANG MARGA dan untuk nama putri beliau penulis kurang paham.
    Tahun 1425 Muhammad Ya’kup Tanding Sakti meninggal dunia. Beliau digantikan oleh putra pertamanya yang bernama Muhammad Rasyid Syah Alam.
    Marilah kita tinggalkan sejenak kisah Muhammad Rasyid Syah Alam dan kita kembali lagi ke tahun 1317 M. Dimana pada tahun itu, salah seorang murid dari Syekh Angkasa Ibrahim Papa HAMBALI ARYA BUMI mulai memerintah dan menguasai KUTE PAHANG (sekarang bernama Tanjung Agung). Diceritakan bahwa Hambali Arya Bumi menikahi seorang puteri yang berasal dari KUTE DARE SALAM yang bernama HABSAH. Dari pernikahan itu mereka dikaruniai seorang putra dan seorang putri yang di beri nama GAZALI SURYA ALAM dan PUTERI INDAH SERUNI. Konon menurut kabar Puteri Indah Seruni sangat terkenal karena kecantikan dan keelokan wajahnya. Sehingga, siapapun yang memandangnya, hatinya akan tergetar.
    Hambali Surya Bumi meninggal pada tahun 1421 M. Selanjutnya tampuk pemerintahan digantikan oleh putranya yang bernama Gazali Surya Alam. Sedangkan adikya (Putri Indah Seruni) menikah dan menetap di GRESIK (pulau Jawa). Hambali Surya Bumi menikahi seorang putri yang berasal dari Kute Tanjungan Raman (Tanjung Raman) yang bernama KURAISIN. Mereka dikaruniai dua orang putra, yaitu MUHAMMAD FAISOL PRABU ALAM dan MUHAMMAD FAQIH AGUNG SAKTI ANOM.
    Kembali lagi ke Kute Nakat. Pada tahun 1467 M, seorang pemuda yang bernama ABDULLAH RATU ANGKASA datang berkunjung ke Kute Nakat, yang mana pada masa itu dikuasai oleh anak tunggal Muhammad Isya, yaitu Abdul somad Sakti Dalam. Atau yang lebih terkenal dengan Sholeh Ambar. Sedangkan Muhammad Isya sendiri meninggal pada tahun 1503 M.
    Diceritakan bahwa Abdullah Ratu Angkasa pernah mengembara dan berkunjung ke KUTE BABATAN (kini bernama Muara Gula, marga TPP Bubung Kecamatan Muara Enim). Sampai akhirnya Abdullah Ratu Angkasa menikahi seorang putri yang bernama HALIMAH yang berasal dari Kute Tanjungan Raman. Abdullah Ratu Angkasa dan Halimah mendapatkan seorang putra dan seorang putri yang mereka beri nama MUHAMMAD SOLIKHIN dan SALBIYAH. Sebagai mana diceritakan bahwa Salbiyah terkenal juga akan kecantikan wajahnya.
    Abdullah Ratu Angkasa bersama dengan Muhammad Isya Ratu Anom pernah mengembara dan mencari tempat menetap guna kepentingan Abdullah Ratu Angkasa dalam penyebaran agama Islam. Yang mana konon dalam pengembaraan mereka, dalam sebuah hutan rimba, mereka singgah dan meneliti hutan rimba tersebut. Mereka lantas sepakat untuk membuka hutan rimba yang belum mereka kenal tersebut. Mereka membabat bersih hutan tersebut. Setelah bersih, ternyata hutan tersebut terletak di atas sebuah bukit serta disekitar hutan tersebut terdapat pula tanah yang berbukit-bukit.
    Tempat tersebut lantas mereka beri nama KUTE DEWA. Yang maknanya adalah tempat yang tertinggi. Untuk pertama kalinya Abdullah Ratu Angkasa bertani atas petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh Muhammad Isya Ratu Anom. Sebelum lahan pertanian yang digarap oleh Abdullah Ratu Angkasa berhasil atau panen, segala kebutuhan Abdullah Ratu Angkasa di tanggung oleh Muhammad Isya Ratu Anom. Abdullah Ratu Angkasa melaksanakan secara teratur. Maka pada masa itu, banyak pula para perantau yang datang ke Kute Dewa (sekarang Pagar Dewa) sekedar mencari penghidupan dan menetap disana. Pada umumnya para pendatang itu dapat menerima ajaran-ajaran yang diajarkan oleh Abdullah Ratu Angkasa. Mereka menjadi murid-murid pengikut-pengikut setia Abdullah Ratu Angkasa.
    Abdullah Ratu Angkasa pada tahun 1492 M pernah mengembara dan berkunjung ke Kute Ayik Itam (sekarang bernama Air Hitam marga Penukal, Talang Ubi). Beliau mengadakan pembicaraan dengan penguasa Kute Ayik Itam, yaitu Muhammad Daud Ratu Sakti. Pada masa itu Muhammad Daud lah yang memimpin Kute Ayik Itam. Mereka sepakat untuk bersama-sama menyebarkan ajaran-ajaran Islam.
    Bersama-sama mereka lantas pergi mengembara dalam rangka memperluas ajaran Islam. Mereka pernah berkunjung ke Kute Semandah (Semendo Darat). Mereka tidak lama berada di Kute Semandah. Dan meneruskan perjalanan mereka ke Kute Alam 9 (Pagar Alam). Yang mana pada masa itu Kute Alam sedang mengalami masa kejayaannya. Panen berlimpah dan Kute Alam aman dan makmur. Rakyatnya hidup sejahtera.
    Mereka terus menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam. Dan sekembalinya mereka dari perjalanan ke Kute Alam, mereka singgah di Kute Lawang Kidul (hingga sekarang nama Lawang Kidul masih dipakai). Mereka lantas meneruskan perjalanan pulang ke Kute Dewa.
    Tanpa disangka-sangka dan tak terduga, ternyata sebelum mereka sampai, perampok-perampok dari Besemah telah terlebih dahulu masuk ke Kute Dewa. Pertempuran pun tak dapat dielakkan lagi antara hulu balang Kute Dewa yang bernama ABDUL FATTAH SURYA DILAGA melawan RINJAN ANOM, yaitu pemimpin para perampok Besemah. Pada pertempuran itu mereka mengadu kesaktian demi kesaktian. Senjata pusaka melawan senjata pusaka. Hingga mengadu kekuatan one by one.
    Alhasil dalam pertempuran itu Rinjan Anom kalah dan mengakui kekalahannya. Dan pada saat itu juga Rinjan Anom di Islamkan. Rinjan Anom takluk dan mengakui kekalahannya.
    Rinjan anom berjanji dan bersumpah bahwa segala perintah Abdul Fattah Surya Dilaga akan di patuhinya dan akan menjalankan apapun yang diperintahkan Abdul Fattah Surya Dilaga. Dan selanjutnya disebutkan bahwa Rinjan Anom setelah diIslamkan namanyapun diubah dengan nama Islam, yaitu ABDUL SAID TANDING KUMALA.
    Pada saat Rinjan Anom dapat ditaklukkan oleh Abdul Fattah Surya Dilaga, dua orang anak buah Rinjan Anom melarikan diri ke hutan. Mereka kabur entah kemana.
    Kembali lagi ke Abdullah Ratu Angkasa. Pada tahun 1495, Abdullah Ratu Angkasa dan Muhammad Kabul Agung Sakti pernah berkunjung ke Kute Ayek Itam. Ini adalah kunjungan yang kedua kalinya bagi Abdullah Ratu Angkasa. Yang mana kunjungan pertama yaitu pada tahun 1492 M, seperti yang diceritakan diatas. Adapun perjalanan ini adalah tak lain dalam rangka memperluas ajaran Islam dan agama Islam. Namun pada kunjungannya kali ini mereka tidak erjumpa dengan penguasa Kute Ayek Itam. Dikarenakan beliau sedang dalam perjalanan untuk penyebaran Islam. Maka Abdullag Ratu Angkasa dan Muhammad Kabul Agung Sakti melanjutkan perjalanannya ke Kute Belida.
    Mereka menemui penguasa Kute Belida yang sedang berkuasa pada masa itu. Abdullah Ratu Angkasa dan Muhammad Kabul Sakti mengadakan pembicaraan dengan penguasa Kute Belida (mengenai nama penguasa Kute Belida pada saat itu tidak dijelaskan dalam sejarah ini).
    Pada saat sedang berlangsung pembicaraan antara Abdullah Ratu Angkasa, Muhammad Kabul Agung Sakti dan penguasa Kute belida, tiba-tiba dating seorang pemuda yang bernama SIDI BENAR RATU DIPADANG yang berasal dari Kute Pagar Huyung dan sorang Ulama bernama MUHAMMAD JAUHARI yang berasal dari KOMERING. Dalam pembicaraan itu, mereka sepakat untuk bersama-sama berkunjung ke Kute Nakat dan Kute Dewa.
    Singkat cerita, setelah berpamitan dengan penguasa Kute Belida, mereka (Ratu Dipadang atau Sidi Benar, Abdullah Ratu Angkasa, Muhammad Jauhari dan Muhammad Kabul Agung Sakti) melanjutkan perjalanannya. Tujua perjalanan mereka yang pertama adalah Kute Dewa. Dalam kunjungan ini mereka melihat-lihat keberhasilan yang telah dicapai di Kute Dewa. Yang mana pada saat itu hasil pertanian berlimpah dan Kute Dewa dalam keadaan makmur, aman, damai dan sejahtera. Demikian pula kehidupan beragama di Kute Dewa, berjalan seperti yang diharapkan. Rakyat Kute Dewa patuh dalam menjalankan ajaran-ajaran Islam yang diajarkan oleh Abdullah Ratu Angkasa.
    Setelah selesai berkunjung ke Kute Dewa, selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan ke Kute Nakat, seperti yang telah direncanakan sebelumnya. Mereka disambut hangat oleh penguasa Kute Nakat pada masa itu. Adapun kunjungan ke Kute Nakat tak ubahnya seperti kunjungan mereka sebelumnya. Mereka melihat-lihat dan berkeliling Kute Nakat dan melihat keberhasilan yang daicapai di Kute Nakat. Pada saat itu Kute Nakat sedang berada di masa jayanya. Panen melimpah, rakyat sejahtera serta Kute nakat menjadi tempat tujuan para perantau untuk mencari penghidupan. Demikian juga ajaran-ajaran agama islam, sangat terasa diterapkan di Kute Nakat. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana keadaan di Kute Nakat pada saat itu. Mereka sangat kagum dengan kemajuan yang dicapai di Kute Nakat.
    Ajaran-ajaran agama Islam terasa kental sekali diterapkan di Kute Nakat. Sehingga rakyat Kute Nakat pada masa itu benar-benar hidup sejahtera lahir dan bathin. Tertib, aman dan makmur. Itulah yang mereka lihat di Kute Nakat pada masa itu.
    Melihat kenyataan-kenyataan yang ada didepan mata mereka, Sidi Benar Ratu Dipadang dan Muhammad Jauhari tergakgum-kagum. Mereka memuji Tuhan Yang Maha Esa atas Karunia yang telah dilimpahkanNya. Dibawah kepemimpinan Muhammad Kabul Agung Sakti, Kute Nakat telah sukses di segala bidang. Baik moril maupun materiil.
    Selanjutnya Sidi Benar Ratu Dipadang dan Muhammad Jauhari melanjutkan perjalanan mereka. Mereka berencana untuk mengunjungi Kute Tanjung Iran dan Kute Dareselam.
    Abdullah Ratu Angkasa meninggal dunia pada tahun 1511 M. Hingga disini tampuk kepemimpinan Kute Dewa tidak jelas siapa yang meneruskan. Dan pada tahun 1544 M, MUHAMMAD ADAM MERAJE SANTRI berkunjung ke Kute Dewa. Dalam kisahnya MUHAMMAD ADAM MERAJE SANTERI dalah berasal dari pulau Jawa.
    Hingga disini sejarah Benakat Sepanjang Masa terputus.

    • Kembalikan semula NUSANTARA KITA. Seluruh Kepulauan Sumatera dan Semenananjung berkongsi nama-negeri dan wilayah serta daerah dng panggilan yg sama, kita adalah dari darah yg sama. Sya pernah dngr crita dri sorng tua suatu ketika dhulu…”saudara saudara dri negara lain akn bertemu dng saudara saudara dri ngara lain yg secara batinnya adalah satu negara…memilih Pemimpin Agung…memimpin Alam Melayu secara adil…kemudiannya angkatn mereka menuju ke satu titik prtmuan di suatu negara lain memerangi kezaliman…”

  29. YANG PASTI ORANG MELAYU DAHULU NYA SATU KETURUNAN DAN JANGAN LAH PERANG TULISAN DI DUNIA MAYA BISA BIKIN PERPECAHAN

  30. RadityaNugraha.salaka

    ass.wr.wb. .beribu terimakasih kami semua ucapkan kepada sdr penulis. .semoga segala sesuatu yg anda informasikan dapat menjadi ilmu yg bermanfa,at bagi kita2 semua. .Wslm.

  31. tak amsalah kuantan tak mengaku Minang, kami tak rugipun..masuk tak genap, keluar pun tak ganjil…betol3x…?!

  32. Antara Minangkabau dan Melayu Riau itu memiliki hubungan yang sangat erat sekali dan tidak terpisahkan jd janganlah menjadi perdebatan yang akan menjadi perpecahan…saya masih ingat bagaimana pada zaman dahulu antara suku minang kabau dan melayu di riau itu saling berhubungan baik…yang mana Raja Siak II Sultan Syarif Kasim II itu besar dan belajar semasa kecil di Kerajaan Pagaruyung Sumatra Barat, baru setelah mulai dewasa diantar kembali oleh panglima kerajaan pagaruyung ke kerajaan Siak dan baru setelah itu Sultan Syarif Kasim II bersekolah ke Batavia..informasi ini pernah saya baca di buku sejarah kerajaan siak yg ada di pustaka di kota siak itu sendiri.jadi saya rasa tidak perlulah kita memperdebatkan siapa yang duluan lair dan belakangan lahir…piiissss

  33. ikutan nyimak, itung2 nambah ilmu sejarah

  34. untuk penulis kalau masih menyamakan iskandar zulkarnain dengan alexander the great hahahhaha, saran saya banyak lagi membaca dan cari referensi tulisan anda ini

    iskandar zulkarnain itu bukan alexander the great pak hahahhaha

  35. untuk pemilik blog tolong update lagi tulisannya Iskandar Zulkarnain bukan si Alexander ni baca https://qurandansunnah.wordpress.com/2009/07/06/dzulqarnain-bukanlah-alexander-the-great/

  1. Pingback: Kerajaan Kandis Sebelum Masehi « Jendela Waktu

  2. Pingback: Kerajaan Kandis | Jejak Waktu

  3. Pingback: Paco PacoMerang… | My Blog

  4. Pingback: sejarah kerajaan tabananReferensi Sejarah | Referensi Sejarah

Leave a Reply to RadityaNugraha.salaka Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *