Home / Arkeologi / Desa Megalitikum di Kerinci

Desa Megalitikum di Kerinci

Masih ingatkah kita bahwa ada peradaban megalit sebelum peradaban kekinian. Dan, situs-situs bangunan batu besar yang menandai keberadaan budaya megalitik masih banyak terdapat di Muak – Jambi.

Petualangan ini ku mulai dengan menyisiri Danau Kerinci yang terletak ± 25 km dari Kota Kerinci – Sungai Penuh Jambi. Dengan diiringi hembusan angin danau yang begitu sejuk dan pemandangan yang sangat mengesankan tak terasa kepenatan selama perjalanan yang dimulai dari Kota Padang pun bagai lenyap, hilang disapu oleh paparan sawah dan gunung yang terdapat disekeliling Danau Kerinci ini.

Takjub, mungkin itu adalah kata yang layak dan mengalir begitu saja keluar dari mulut ku, ketika hamparan danau itu tersembul dari kejauhan. Betapa tidak, setelah mengarungi perjalanan selama ± 8 jam dari Kota Padang menuju Sungai Penuh – Kerinci ini, seakan disuguhi oleh keelokan negeri yang menawarkan keindahan alamnya bagi siapa saja yang berkunjung ke negeri ini.

Beberapa kali kata takjub itu keluar dari mulut ku. Daerah yang begitu kaya akan alamnya, yang kental dengan adat istiadat berbaur dengan kearifan masyarakat menambah gairah ku dalam melakukan petualangan kali ini.

Dengan mengendarai motor dari Kota Kerinci kumulai untuk mengetahui keberadaan Desa Muak. Muak disebut-sebut sebagai desa minus di Kabupaten Kerinci. Tapi tidak juga bila ditelusuri dari situs-situs peninggalan zaman batu di desa yang terletak sekitar 28 kilometer arah barat Kerinci ini. Boleh dikata, Muak menjadi semacam tanah saksi sejarah peradaban megalitik satu-satunya di Kabupaten Kerinci yang terkaya dan masih bisa disaksikan hingga kini.

Situs Batu Patah

Situs peninggalan zaman megalitikum yang terletak di Desa Muak, Kabupaten Kerinci – Jambi hingga kini kondisinya sangat memprihatinkan, dan Pemkab Kerinci nampaknya belum memiliki perhatian serius untuk memelihara situs purbakala yang sangat berguna bagi pengungkapan kebudayaan pra-sejarah yang ada di daerah itu.

Megalithikum merupakan suatu istilah kebudayaan batu besar (Mega = besar; Lithos = batu).  Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang timbul pada zaman Neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam. Setiap bangunan yang diciptakan oleh masyarakat tentu memiliki fungsi.

Beberapa peradaban megalithik yang dapat kita jumpai di Muak ini antara lain; Situs Batu Patah, Situs Batu Berrelief, Situs Batu Gong yang kesemuanya itu terletak dalam kawasan permukiman warga.

Batu Berelief

Situs Batu Berlukis

Batu berlukis ini berada tepat disebelah Kantor Kepala Desa Muak yang berada tepat ditengah-tengah permukiman warga desa. Situs ini terlihat kurang sekali perawatan sehingga dikhawatirkan akan mengalami kerusakan. Di lain hal, desa yang kaya akan sumber daya alam dan peninggalan pra sejarah ini kondisinya tidak sebaik desa-desa lain yang kita jumpai di Kab. Kerinci. Hal ini dilihat dari pasokan listrik yang tidak terjangkau sampai ke desa, ketersedian air bersih yang belum diperoleh, serta fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak ada dari Pemkab setempat.

Di sisi lain, desa ini tergolong ramai dikunjungi oleh pihak luar karena merupakan jalur perlintasan propinsi yang menghubungkan Kab. Kerinci dengan Bangko – Jambi, Jikalau malam tiba, kita akan menjumpai desa yang tak berpenghuni diakibatkan tidak tersedianya pasokan listrik untuk desa. kondisi ini mengakibatkan desa ini rawan dengan tindak kejahatan yang berimbas hilangnya situs peninggalan purbakala. Begitulah yang ku tangkap dari pembicaraanku dengan Kepala Desa dan warga desa ini.

Perjalanan 4 km dari desa mengantarkanku ke situs peninggalan megalithik berikutnya, Batu Patah, begitulah nama yang tertera ketika aku sampai di depan Situs yang telah dipagari sehingga mirip dengan kuburan para tokoh terdahulu. Sekilas terlihat situs ini seperti batu besar yang sangat panjang, akan tetapi ditengah-tengah batu ini terbelah menjadi dua bahagian sehingga nama Batu Patah pun tak lepas dinobatkan kepada batu ini. di badan batu inipun sangat jelas terlihat ukiran-ukiran yang menyerupai gambar hewan-hewan seperti gajah, kuda, kambing dan juga gambar manusia yang lagi bekerja. Hal ini menandakan bahwa pada zaman itu kehidupan masyarakatnya telah maju dan telah mengenal seni.

Batu Patah

Situs Batu Patah

Peninggalan purbakala ini hampir keseluruhannya terletak ditepi jalan besar desa yang ramai karena merupakan jalur lintas propinsi. Batu Patah inipun selain berada di tepi jalan propinsi juga terletak sitengah-tengah ladang masyarakat desa. Sehingga mudah disentuh oleh tangan-tangan jahil yang tidak bertanggung jawab yang dapat merusak peninggalan prasejarah ini.

Batu Gong merupakan situs ketiga peninggalan prasejarah yang dapat kita temui dengan menelusuri jalan sejauh 5 km dari Situs Batu Patah, jalan menuju ke Situs inipun tergolong sangat sepi dan setapak dikarenakan situs ini terletak ditengah-tengah ladang milik warga desa yang jauh dari jalan raya. Sehingga untuk menempuhnya kita hanya bisa berjalan kaki.

Batu Gong

Situs Batu Gong

Batu yang mirip dengan gong yang besar ini berdiameter ± 1,5 m dengan panjang ± 3 meter. Di Batu ini pun dapat kita temui ukiran-ukiran baik binatang maupun manusia yang hidup pada masa itu.

Mungkin, kita pernah mendengar kebiasaan masyarakat dahulu yang sering memandikan benda-benda pusaka leluhur dan upacara-upacara sejenisnya. Semua itu merupakan rasa penghormatan yang tak terhingga dan merupakan salah satu upaya dari para penduduk desa untuk mensucikan benda-benda bersejarah dan merupakan bentuk syukur atas limpahan rejeki yang telah diberikan oleh Tuhan Yang maha Esa sehingga hasil bumi-utamanya padi- dapat dinikmati oleh masyarakat.

Konon di desa ini juga pernah disinggahi oleh Si Pahit Lidah (Legenda dari Sumatera Selatan) yang ditandai dengan ditemukannya Situs Batu Bertangkup, tapi sayang aku tidak sempat mengabadikan gambarnya karena saat itu matahari sudah mulai terbenam yang disertai dengan gerimis sore yang menyirami ladang-ladang desa ini. Masuk Desa Muak rasanya seperti berwisata atau berada di dalam hidup dan kehidupan masa silam itu sendiri. Inilah warisan peninggalam masa lampau yang patut diketahui dan di jaga oleh kita bersama.

Sumber:

http://obycrownz.wordpress.com/2009/05/18/megalitikum/

About minangheritage

Minangkabau Heritage adalah sebuah gerakan konservasi Warisan Budaya Minangkabau yang berangkat dari kesadaran akan perlunya portal open data dengan sumber terbuka yang bertemakan Kebudayaan Minangkabau. Proyek ini diselenggarakan secara gotong royong baik dari sisi teknis, penyuntingan naskah dan pelbagai kegiatan lainnya. Saat ini ada 3 Sub Tema besar yang sedang dikerjakan yaitu : Sejarah Minangkabau, Budaya Minangkabau, Warisan Minangkabau. Ingin berpartisipasi ? Silahkan kirim file, naskah, dokumen anda melalui menu yang tersedia atau kiri email beserta lampiranya ke [email protected]

Check Also

Wilayah Kebudayaan Pulau Sumatera

SUMBER ARTIKEL DAPAT DIBACA DISINI

2 comments

  1. yeni purnama sari

    sangat disayangkan, pemerintah kab. kerinci seperti tidak mengerti kekayaan yang tersimpan di daerah yang ia pimpin ini. kekayaan alam kerinci yang masih sangat natural ini sesungguhnya menyimpan potensi yang sangat besar dalam hal pengembangan pariwisata, tentunya tanpa merusak kekayaan alam yang ada. namun pemerintah, entah apa yang mereka kerjakan disinggahsananya. saya, sebagai orang kerinci, merasa kecewa. meski telah ganti pemerintah kabupaten kerinci tidak menampakkan perubahan yang signifikan. bahkan saya jadi hapal betul bentuk lubang-lubang di sepanjang jalur memasuki wilayah kerinci, lantaran bertahun tahun tak mengenal aspal baru.

  2. @yps…..smoga kelak anda jd pemimpin yg brguna bg kerinci sesuai harapan kita smua… konon katanya masyaraka kerinci lbih tua dari melayu kuno….dkerinci sdah ada khidupan puluhan tahun silam…..n bahkan yg lagi hot skarang ktanya patih GAJAH MADA brasal dr kturunan kerinci….

    who next GAJAH MADA??

Leave a Reply to 4pis Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *