pada tanggal 23- 24 juni 2009 di adakan pelatihan untuk perancangan kota berbasis kota lama di Sawahlunto, hal ini bertujuan agar Sawahlunto menjadi salah satu kota unggulan di Indonesia sebagai wilayah wisata. pada pelaksanaannya pelatihan tersebut didampingi oleh dua orang narasumber, yang pertama adalah Donald Hankey sebagai salah satu pelaku konservasi kota-kota sekaligus presiden Icomos internasional lalu narasumber yang kedua adalah Katrinka Ebbe yang merupakan salah satu penanggung jawab donor bank dunia untuk aspek-aspek budaya sekaligus peneliti sosial dan budaya di Amerika Serikat.
dari pelatihan tersebut didapatkan model analisis serta kesimpulan yang bisa kita jadikan pelajaran serta renungan, untuk itu semoga hal-hal yang tersebut membawa manfaat, berikut hasilnya:
Diskusi Group 1 (Tangibel) permasalahan Fisik
– pengelolaan serta pelestarian bangunan bersejarah.
Stakeholder
– Pemkot Sawahlunto (dinas tata ruang, pariwisata)
– PT. Bukit Asam merupakan pemilik gedung (akan membangun museum tambang)
– PT. KAI (Kereta Api Indonesia) pengelola perkerata apian indonesia
– Masyarakat Adat
– BWS (Badan Warisan Sumatera)
– PUM “pensiunan Belanda”
– BPPI
– BP3
// Di perlukan kerjasama antar instansi serta pihak-pihak yang terkait, hal ini merupakan variable utama dalam melakukan perencanaan dalam pengelolaan kawasan warisan budaya/pusaka/heritage. Hal itu akan membantu dalam menemukan permasalahan lalu menambah jejaring //
Kerjasama yang pernah ada
– UTM (salah satu universitas di Malaysia) pemkot sering melakukan study banding untuk staff pertamanan
– Zarkasi “seorang pelukis batik kewarnegaraan singapura”
Indikator yang di inginkan
– Sawahlunto menjadi living museum dengan tolok ukur bahwa semua aktivitas masyrakat memiliki nilai-nilai yang ada pada masalalu dengan mempertimbangkan masa sekarang
– Sawahlunto menjadi Pedestrian City.
– Tersedianya Lapangan Kerja Untuk Masyrakat.
Tujuan Utama
“Sawahlunto menjadi kota wisata tambang berbudaya pada tahun 2020”
Pembangunan
– Pacuan Kuda
– Road Race circuit
– Motor Cross Circuit
– Taman Rehabilitasi Hewan
Rencana Pembanguan
– Tempat Bermain Anak-anak di danau Bekas Tambang
– Wisata pertanian/Agro
– Peternakan Sapi
– Skylift
– PT. Wahana Sawahlunto « perusahaan swasta milik pemerintah dan saham dari pemerintah 100% dan nanti akan di jual sahamnya
Respon dari pembicara tentang hal-hal yang dipaparkan kemudian oleh pemerintah daerah:
Donald Hankey
Bahwa dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya wilayah mesti memperhatikan hal yang mendasar yaitu kesempatan serta sumberdaya. Dua hal itu bisa didapat dari aktivitas pendidikan serta penelitian yang terjadi pada wilayah yang bersangkutan, sehingga muncul bentuk keterampilan dan pengetahuan yang memunculkan partisipasi serta dukungan berbagai pihak dalam perencanaan masa depan.
Selain dua hal mendasar tersebut diusahakan juga untuk dapat menemukan bentuk pemasaran yang tepat. Menentukan langkah tersebut juga mesti ditopang faktor pendukung yaitu pasar yang telah di tentukan, transpotasi yang mendukung, infrastruktur serta kualitas lingkungan sehingga dapat menjadi daya tarik serta jaminan wisata pada objek.
Keterlibatan berbagai pihak juga menjadi tolok ukur majunya usaha sebuah objek atau wilayah yang hendak dijadikan unggulan. Keterbukaan pemerintah dengan melibatkan masyarakat dalam bentuk lembaga swadaya masyarakat, kerjasama antar instansi pemerintahan, pemanfaatan keuangan daerah yang baik, membentuk lingkungan yang kooperatif baik lingkungan sosial, budaya, kepercayaan/ritual, serta regulasi yang mendukung dalam bentuk peraturan daerah akan memacu keunggulan wilayah wisata.
Hal-hal yang menjadi contoh dari wilayah yang maju secara pengelolaan yaitu pendokumentasi yang baik, penataan yang baik, mengetahui potensi wilayah, memiliki perencanaan yang baik terhadapa wilayah beserta isinya, memiliki dukungan dari berbagai pihak yang terdapat dalam wilayah tersebut, memiliki kemampuan dalam pelestarian atas berbagai sumberdaya yang dimiliki, memiliki desain bentuk pelestarian tersebut hal-hal tersebut juga didukung oleh bentuk peraturan yang melindungi serta mengatur hal itu semua.
Dalam menjalankan suatu rencana umumnya terdapat kelemahan berupa kekurangan-kekurangan dalam pelaksanaanya. Kekurangan yang biasa ditemukan berupa kesulitan dalam pembebasan tanah, prilaku masyarakat yang kurang mendukung terlaksananya program tersebut, kekurangmampuan dalam berinvestasi atau menarik investor guna menanamkan modal, hingga kesulitan dalam menggalang dana dari masyarakat setempat.
Dengan begitu sangat diharapkan dalam perencanaan dalam mengelola aset pada satu wilayah dibutuhkan pembabakan rencana. Pembabakan rencana dapat berupa pembagian rencana dalam bentuk rencana jangka pendek, rencana jangka menengah, rencana jangka panjang.hal itu diharapkan dapat menjaring prioritas dalam pengembangan pariwisata wilayah.
kesimpulan
permasalahan fisik
– Perlu melakukan penyempurnaan peta wilayah di Sawahlunto.
– Perlu mengumpulkan catatan serta melakukan pencatatan terhadap bangunan bersejarah di Sawahlunto.
– Melakukan pendokumentasian bangunan bersejarah secara lengkap di Sawahlunto.
Ditambahkan oleh Donald Hankey bahwa pada perencanaan tataruang terdapat rasionalitas, karena masterplan (perencanaan induk) sebuah wilayah merupakan bentuk kesepakatan semua pihak yang terkait, perencanaan tataruang yang objektif hádala hal yang baik serta transparan.
Permasalahan nonfisik
– Perlu melakukan penilaian dan pengamatan secara berkesinambungan
- Penilaian budaya
- Penyaringan nilai budaya
- Menghidupkan kembali budaya nonartifisial
Ditambahkan oleh Katrinka Ebbe bahwa daam meningkatkan aktivitas budaya perlu dilakukan oleh hal berikut:
“mendorong kelompok-kelompok masyarakat dalam aktivitas budaya”